Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia dan Vietnam Merugikan Indonesia

Kompas.com - 06/05/2013, 09:20 WIB

PONTIANAK, KOMPAS.com — Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak, Kalimantan Barat, mendapati 200 kapal berbendera Vietnam mengikat kerja sama dengan perusahaan Malaysia untuk mencari ikan. Sayangnya, wilayah operasi kapal-kapal Vietnam itu sering kali hingga ke wilayah Indonesia di Kalimantan Barat dan Kepulauan Natuna.

Demikian diungkapkan oleh Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak Bambang Nugroho, Minggu (5/5/2013). Kapal-kapal Vietnam itu sesungguhnya hanya boleh beroperasi di perairan Malaysia dan Vietnam. Namun, sering kali mereka menjarah ikan di wilayah Indonesia yang masih memiliki banyak persediaan ikan.

”Kami sering menangkap kapal Vietnam. Namun, mereka masih terus mencuri ikan karena persediaan ikan di perairan Malaysia dan Vietnam semakin berkurang. Sektor perikanan tangkap di Vietnam dan Malaysia sangat intensif, sehingga persediaan di laut semakin sedikit,” ujar Bambang.

Ikan yang dijarah dari perairan Indonesia, khususnya di wilayah perairan Kalbar dan sekitar Kepulauan Natuna, tidak hanya dikirim untuk memenuhi kebutuhan di Malaysia dan Vietnam. Sebagian ikan itu bahkan diselundupkan lagi ke wilayah Kalbar seperti yang beberapa kali terjadi dan terulang lagi pada Kamis malam, pekan lalu.

Dua mobil boks bermuatan ikan kembung beku dari Malaysia ditangkap oleh Komando Resor Militer (Korem) 121/Alambana Wanawai di Desa Beduai, Kecamatan Beduai, Kabupaten Sanggau. Ikan itu hendak dibawa ke Kota Pontianak untuk dipasok ke sejumlah pasar tradisional.

Kepala Penerangan Korem 121 Mayor Eddy Wijaya menjelaskan, dua mobil boks itu mengangkut 9,5 ton ikan milik Hengky, warga Kota Pontianak. Saat ini kasus itu sudah diserahkan ke Kepolisian Sektor Beduai beserta dua mobil boks bernomor polisi KB 9661 WA dan KB 9666 UL.

Eddy menjelaskan, ikan itu diangkut dari Negara Bagian Sarawak, Malaysia, ke Kalbar melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas Entikong.

Kedua mobil boks itu memang memiliki surat izin pengeluaran barang dari Pos Pemeriksaan Lintas Batas Entikong serta surat permohonan pemeriksaan jenis dan kesehatan ikan dari Stasiun Karantina.

Namun, kedua surat itu hanya berlaku untuk pengangkutan sampai ke Balai Karangan, Kecamatan Sekayam. Sekayam merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak.

”Mengacu pada surat itu, ikan seharusnya tidak boleh dibawa keluar dari Balai Karangan apalagi sampai ke Pontianak yang tidak ada kaitannya dengan wilayah perbatasan,” ujar Eddy.

Bambang menambahkan, ikan kembung adalah salah satu jenis ikan di perairan Indonesia. Ikan itu juga bukan merupakan jenis ikan yang diperbolehkan untuk diimpor. (AHA/JON)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com