Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Ganti Disentil Moody's Soal Subsidi BBM

Kompas.com - 06/05/2013, 20:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah kembali diingatkan untuk segera mengambil tindakan yang jelas terkait dengan kebijakan terhadap BBM bersubsidi.

Peringatan terakhir dilontarkan oleh lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investors Service,yang menyatakan bahwa ketidakmampuan pemerintah Indonesia memperbaiki kebijakan subsidi BBM bisa berdampak negatif bagi peringkat utang.

Hasil riset Moody’s yang dimuat dalam laman perusahaan itu menyebutkan lembaga pemeringkat ini masih mempertahankan rating Indonesia di Baa3 dengan outlook stabil. Moody's menilai utang pemerintah masih moderat, cadangan devisa yang cukup menutup utang jatuh tempo hingga dua tahun ke depan, serta kekuatan pertumbuhan ekonomi, masih menopang peringkat Indonesia.

Namun, ekonomi Indonesia diprediksikan akan tumbuh 6 persen di 2013, lebih rendah dari realisasi 6,2 persen pada 2012 lalu. "Kondisi ini dipicu besarnya konsumsi bahan bakar dan ketidakmampuan pemerintah untuk mempengaruhi subsidi. Ini merupakan outlook kredit negatif," kata Analis Senior Moody’s Investors Service Singapore Christian de Guzman.

Menurutnya, tanpa pengurangan subsidi BBM, bahwa defisit fiskal tahun ini bisa membengkak hingga 3,8 persen dari PDB. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan Kementerian Keuangan pada awal April 2,4 persen.

Selain lebih tinggi dari target defisit di APBN sebesar 1,7 persen, dan batasan maksimal defisit anggaran di level 3 persen. Defisit transaksi berjalan juga cenderung melebar, menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan inflasi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com