Jakarta, Kompas
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi Agus Sarwono mengakui, salah satu sumber tambahan cadangan devisa kali ini berupa hasil penerbitan surat utang global oleh pemerintah. ”Sebagian besar masuk sebagai cadangan devisa. Pemerintah akan menerima rupiah sebagai gantinya dan digunakan untuk biaya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara),” kata Hartadi di Jakarta, Rabu (8/5).
Bulan lalu, pemerintah menerbitkan surat utang global 3 miliar dollar AS. Namun, disamping surat utang, cadangan devisa juga mendapat tambahan dari utang pemerintah dan migas.
Kendati demikian, jumlah cadangan devisa pada akhir April 2013 masih di bawah jumlah cadangan devisa pada 31 Januari 2013 sebesar 108,78 miliar dollar AS. Per akhir Februari 2013, cadangan devisa turun 3,597 miliar dollar AS menjadi 105,183 miliar dollar AS. Bahkan, turun 383 juta dollar AS ke 104,8 miliar dollar AS per akhir Maret 2013.
Salah satu penggunaan cadangan devisa adalah untuk menjaga kondisi rupiah di pasar. Misalnya, saat rupiah terus melemah, BI melepas dollar AS ke pasar agar suplai dollar AS terjaga. Dengan demikian, pelemahan rupiah tidak terlalu besar.
Perihal tekanan atas rupiah, Hartadi menyatakan, masih tetap terjadi sesuai kondisi fundamental ekonomi. Dibandingkan triwulan IV-2012 , nilai tukar rupiah atas dollar AS pada triwulan I- 2013 terdepresiasi 0,2 persen.
Pada triwulan II-2013, tekanan pada rupiah diperkirakan masih berlanjut. Meskipun, secara umum neraca modal dan finansial semakin baik pada akhir triwulan I-2013 dan bulan-bulan selanjutnya pada tahun 2013.
”Harapannya, permintaan ekspor naik dan harga komoditas juga naik sehingga transaksi berjalan surplus,” kata Hartadi.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, secara terpisah menyampaikan, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan nanti, pemerintah menggunakan acuan nilai rupiah sesuai kondisi saat ini. ”Berkisar Rp 9.600-Rp 9.700 per dollar AS,” kata Bambang.