Solo, Kompas
Hartinah yang sehari-hari berjualan nasi, sayur, dan lauk-pauk matang sudah tiga hari terakhir tidak bisa berjualan karena tidak bisa memasak, sementara Harno sempat seminggu tidak membuat wingko babat. Baru pada Selasa (14/5) ia bisa kembali berproduksi setelah mendapatkan satu tabung.
”Dulu, waktu minyak tanah langka, orang kecil susah. Sekarang sudah diganti gas, langka lagi, orang kecil juga yang susah. Apa orang kecil disuruh susah terus,” kata Hartinah, Selasa.
Hartinah menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya hanya makelar sepeda motor yang penghasilannya tidak menentu. Penghasilan Hartinah Rp 125.000-Rp 150.000 per hari. Kedua anak, menantu, dan cucunya tinggal bersamanya.
”Gas di pengecer sini sudah habis semua. Di beberapa pangkalan yang saya datangi, kalau tidak baru saja habis stoknya, ya, belum dikirim stoknya. Saya mau beli elpiji 12 kilogram, tidak punya uang untuk beli tabungnya,” kata Hartinah.
Harno mengatakan, dari empat tabung gas yang dia miliki, hanya satu tabung yang terisi. Satu hari Harno bisa memproduksi 400-500 wingko babat dengan harga Rp 1.000 per buah. ”Kalau mau pakai minyak tanah, hasilnya kurang bagus. Lagi pula, cari minyak tanah di sini lebih sulit lagi,” kata Harno menjelaskan.
Salah satu pengecer di Kartasura, Sukoharjo, Eko Prasetyo, mengungkapkan, alokasi yang diterimanya berkurang dari biasanya 50 menjadi 35 tabung. Sejak tiga minggu terakhir, kiriman stok yang biasanya tiga kali seminggu menjadi dua kali seminggu.
”Saya tanya petugas agennya, katanya mereka juga dikurangi dari tiga rit menjadi satu rit. Satu rit itu 650 tabung. Jadi jatah pangkalan-pangkalan juga dikurangi,” kata Eko.
Kepala Bidang Gas Elpiji 3 Kg Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Surakarta Budi Prasetyo mengatakan, pihaknya telah meminta tambahan 100 persen dari alokasi harian yang didistribusikan untuk dua hari. Menurut dia, tambahan itu sudah sampai pada pangkalan-pangkalan.
”Kami akan pantau sampai Jumat, kalau masih langka, kami akan minta tambahan lagi,” kata Budi.