JAKARTA, KOMPAS.com - Dua tahun lagi, masyarakat Asean akan berhimpun dalam satu pasar tunggal yang terintegrasi atau disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Lantas, bagaimana nasib industri perbankan di tanah air?
Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan dengan adanya MEA tersebut maka akan memberi peluang yang harus diraih sekaligus tantangan yang harus dihadapi.
"Pada prinsipnya, siap atau tidak siap bagi pengusaha nasional termasuk pelaku usaha perbankan harus siap menyongsong pemberlakuan MEA," kata Sigit dalam sambutan Indonesia Banking Expo di Jakarta, Kamis (23/5/2013).
Sigit menambahkan, jika melihat perkembangan indikator makro ekonomi dalam dua hingga tiga tahun terakhir, ternyata memberikan tanda yang cukup baik. Sehingga seharusnya pemerintah beserta seluruh pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha nasional telah siap menyambut MEA di 2015 nanti. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua tahun terakhir berada di atas 6 persen, laju inflasi di bawah 5 persen yang menandai pengelolaan makro ekonomi, moneter dan fiskal yang hati-hati (prudent).
Begitu juga dengan semakin rendahnya inflasi tentu memberi ruang bagi penurunan suku bunga acuan (BI Rate). Pada Oktober 2008 lalu, BI Rate masih bertahan di level 9,5 persen dan pada saat ini telah mencapai 5,75 persen.
"Kecenderungan menurunnya inflasi dan suku bunga acuan di Indonesia tersebut diharapkan akan berlanjut sehingga pada gilirannya akan sejajar dengan beberapa negara utama Asean," tambahnya.
Sigit menganggap apabila kondisi ini dapat dicapai, maka akan memberikan daya dukung bagi peningkatan daya saing perekonomian secara makro dan juga daya saing perbankan nasional.
Peningkatan daya saing yang dicapai dalam perekonomian makro, juga diharapkan terjadi di sektor mikro, khususnya melalui peningkatan daya saing lembaga keuangan dan dunia usaha di nasional. Perbaikan daya saing di sektor mikro ini sangat relevan dengan adanya rencana integrasi ekonomi Asean pada tahun 2015 dan integrasi sektor keuangan pada tahun 2020.
Intinya, Sigit mengharapkan adanya kesiapan baik dari pelaku industri perbankan hingga regulator. Di sisi lain, industri perbankan nasional harus siap menyerbu perbankan asing, meski hal itu tidak mudah dilakukan. "Persiapan yang pertama akan lebih mudah dibanding persiapan yang kedua. Tapi perbankan nasional harus menyiapkan itu," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.