JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sangat kekurangan tukang las khusus atau welder untuk memenuhi kebutuhan industri berat. Hanya sekitar 200 tukang las yang dapat dihasilkan setiap tahun, sementara kebutuhannya mencapai 1.500 orang. Kekurangan terjadi karena pendidikan tukang las tak diselenggarakan secara memadai.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Benny Soetrisno, di Jakarta, Rabu (29/5/2013), menjelaskan, tukang las yang dibutuhkan itu memiliki spesialisasi. Mereka antara lain bertugas mengelas galangan, pipa minyak, dan bagian kapal di bawah air.
"Ada kontraktor asing membutuhkan tukang las di negara maju. Kalau di luar negeri, tukang las ada kelas-kelasnya. Kontraktor minyak bumi itu mengadakan pendidikan," tuturnya.
Kontraktor itu berinvestasi pada bidang sumber daya manusia (SDM), untuk mencukupi kebutuhan tukang las. Jumlah tukang las di Indonesia yang tidak sesuai kebutuhan, menunjukkan, sekolah menengah kejuruan (SMK) tak mampu mencukupi tenaga tersebut.
"Bukan seperti tukang las yang di jalan. Kalau welder itu ada tingkatannya. Diperlukan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan," kata Benny.
Dewasa ini, kualitas pembangunan tak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita tetapi juga mutu SDM. Tak hanya pendidikan, mutu kesehatan SDM juga menjadi ukuran kualitas pembangunan. Tingginya kualitas SDM turut mempengaruhi produktivitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.