Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Obligasi RI Tumbuh Paling Pesat se-Asia Timur

Kompas.com - 04/06/2013, 22:37 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Asian Development Bank (ADB) mencatat pasar obligasi di negara-negara berkembang yang berada di Asia Timur tumbuh sebesar 12,1% year-on-year menjadi US$6,7 triliun pada akhir Maret 2013. Indonesia tercatat memiliki pasar obligasi yang tumbuh paling pesat dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia timur.

Dalam rilis ADB disebutkan, pertumbuhan pasar obligasi di kawasan Asia timur ini lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan pada obligasi korporasi. “Kita akan melihat pertumbuhan lebih tinggi lagi di pasar obligasi, mengingat terus berkembangnya ekonomi di kawasan ini, dan makin nyamannya investor lokal dan asing untuk meminjam dalam mata uang lokal. Pemerintah dan perusahaan kini juga mampu mengelola pinjaman mereka dengan lebih baik,” ujar Iwan Jaya Azis, Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB dalam siaran pers Selasa (4/6/2013).

Asia Bond Monitor yang dipublikasikan tiap kuartal melakukan analisa pasar di China, Hong Kong, Taiwan, Indonesia, Republik Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Obligasi yang diterbitkan di kawasan tersebut per akhir Maret 2013 telah mencapai 54,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Porsi tersebut naik jika dibandingkan dengan 54,6 persen pada akhir Desember 2012 dan 52,8 persen pada akhir Maret 2012.

Dilihat dari penerbitnya, obligasi korporasi di kawasan ini bertumbuh sebesar 19,5 persen year-on-year menjadi 2,4 triliun dollar AS pada akhir Maret. Pada saat yang sama, pasar obligasi pemerintah cenderung tumbuh lebih perlahan, yaitu 8,3 persen per tahun dan 2,0 persen per kuartal menjadi 4,3 triliun dollar AS.

Indonesia adalah pasar obligasi korporasi dengan pertumbuhan tertinggi di kawasan tersebut, yang mencapai 26,9 persen year-on-year menjadi 20 miliar dollar AS, diikuti oleh Republik Rakyat Cina yang memiliki pasar obligasi korporasi terbesar di kawasan ini senilai 1,1 triliun dollar AS, atau meningkat 25,3 persen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com