Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar AS Tembus Rp 10.000, Peringatan untuk Pemerintah

Kompas.com - 10/06/2013, 14:45 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kontrak rupiah di non-delivery forward (NDF) pagi tadi sempat menembus level Rp 10.000 per dollar AS. Pemerintah harus waspada atas depresiasi nilai tukar rupiah tersebut.

Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan, setidaknya ada tiga hal yang perlu diwaspadai pemerintah atas depresiasi rupiah ini. "Pemerintah harus waspada soal inflasi, defisit neraca perdagangan, dan ancaman ke investasi," kata Enny selepas konferensi pers di Jakarta, Senin (10/6/2013).

Enny menambahkan, depresiasi rupiah ini membuat penetrasi impor semakin tinggi karena barang-barang impor menjadi lebih murah. Namun, pemerintah juga perlu mewaspadai hal itu yang tentu saja mengancam eksportir dalam negeri. Imbasnya, neraca perdagangan akan kembali defisit.

Di sisi lain, inflasi di dalam negeri akan melonjak karena depresiasi nilai tukar tersebut. Sementara produksi dalam negeri yang tertekan akibat membanjirnya produk-produk impor justru menyebabkan beragam investasi yang akan muncul di Indonesia menjadi batal, yang tentu saja akan menekan investasi.

"Jika inflasi melonjak hingga neraca perdagangan defisit, hal tersebut akan sulit mencapai target pertumbuhan perekonomian sebesar 6,3 persen di tahun ini," tambahnya.

Enny memperkirakan pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun ini sebesar 6,3 persen-6,7 persen. Namun, Enny meragukan target tersebut akan tercapai dengan target asumsi makro yang terlewat target. Sebenarnya, bila fundamental Indonesia masih bagus saat ini, investor tidak akan jera berinvestasi di dalam negeri.

"Rupiah sebenarnya tidak ada masalah meski depresiasi asal daya saing Indonesia bagus. Itu juga mampu meningkatkan peluang ekspor," ujarnya. Seperti diberitakan, mengutip situs Bloomberg, pada pukul 09.55 WIB, kontrak rupiah (NDF) untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 1,4 persen menjadi 10.260 per dollar AS.

Posisi ini merupakan level terendah sejak 3 September 2009. Sementara itu, posisi rupiah di pasar spot melemah 0,1 persen menjadi 9.810. Spread antara pasar NDF dan pasar spot kian meningkat menjadi 4,4 persen, terbesar sejak Oktober 2011 lalu.

Langkah investor asing dalam menarik dananya tersebut dipicu oleh kecemasan akan minimnya ketersediaan dollar AS di pasar lokal. Data Kementerian Keuangan dan Bursa Efek Indonesia menunjukkan, investor asing sudah menarik dana senilai 812 juta dollar AS dari pasar obligasi berdenominasi rupiah dan pasar saham di sepanjang Juni.

Mereka berspekulasi The Federal Reserve akan memangkas nilai program pembelian kembali obligasi yang nantinya akan berdampak pada aliran dana ke emerging markets, termasuk Indonesia. Sentimen lainnya adalah Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan yang sudah berlangsung selama enam kuartal berturut-turut.

"Fundamental rupiah terlihat sangat lemah. Jika melihat besarnya defisit neraca perdagangan, Indonesia membutuhkan arus dana asing senilai 1 miliar dollar AS per bulannya untuk menahan laju pelemahan rupiah," jelas Khoon Goh, senior strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

    Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

    Whats New
    Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

    Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

    Whats New
    Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

    Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

    Whats New
    Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

    Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

    Whats New
    Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

    Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

    Whats New
    MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

    MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

    Whats New
    Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

    Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

    Whats New
    Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

    Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

    Whats New
    Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

    Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

    Whats New
    Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

    Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

    Whats New
    Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

    Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

    Whats New
    Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

    Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

    Whats New
    Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

    Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

    Whats New
    Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

    Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

    Whats New
    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

    Spend Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com