Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sebab IHSG Makin Anjlok

Kompas.com - 11/06/2013, 11:42 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga sesi pertama hari ini makin anjlok. Ada sentimen-sentimen negatif khususnya dari dalam negeri yang menyebabkan pelemahan IHSG. Sampai sekitar pukul 11.35, IHSG melorot 115,844 poin (2,4 persen) menjadi 4.661,521.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, kondisi bursa regional saat ini masih mendatar (flat). Namun, bursa global masih terus merespons kemungkinan penurunan besaran quantitative easing (QE) ketiga yang akan dilakukan oleh The Fed.

"Imbasnya, asing masih melakukan tekanan jual hingga saat ini," kata Satrio di Jakarta, Selasa (11/6/2013).

Satrio menambahkan, pemodal asing diperkirakan masih akan melakukan tekanan jual seiring dengan ketidakyakinan mereka terhadap langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam menaikkan harga BBM subsidi. Sebagai informasi, posisi jual bersih (nett buy) asing sejak awal 2013 masih ada sekitar Rp 5,5 triliun. Adapun posisi net buy asing sejak pertengahan 2012 masih ada sekitar Rp 15 triliun.

"Tren turun ini sepertinya hanya berakhir jika pemodal asing sudah kehabisan amunisi untuk melakukan tekanan jual," ujarnya.

Satrio menyarankan, melihat intensitas tekanan jual yang terjadi, aksi jual pemodal asing sepertinya baru akan berakhir menjelang akhir Minggu. Posisi Buy On Weakness sebaiknya dilakukan dengan strategi yang cermat karena masih belum melihat IHSG memasuki fase bottoming.

"Posisi-posisi spekulatif bisa dilakukan pada saham-saham sektor CPO mengingat minimnya tekanan jual asing pada sektor ini, bisa memancing pelaku pasar lokal untuk melakukan aksi spekulatif," tambahnya.

Satrio memperkirakan IHSG baru memberikan signal positif jika mampu ditutup di atas kisaran resisten 4.799-4.835. Hingga menjelang penutupan sesi siang, IHSG turun 93,63 poin ke 4.683,37.

Sementara itu, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) turun ke level Rp 9.821 per dollar AS dari Rp 9.806 per dollar AS di hari kemarin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com