Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Alasan VIVA Kejar Hak Siar Piala Dunia 2014

Kompas.com - 11/06/2013, 21:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Visi Media Asia Tbk (VIVA)—yang merupakan holding perusahaan media dari ANTV, tvOne, dan portal viva.co.id—telah resmi menjadi pemegang hak siar Piala Dunia 2014 di Brasil. Sebagai langkah awal, holding perusahaan tersebut juga akan menyiarkan Piala Konfederasi dan Piala Dunia U-20 di bulan Juni 2013.

Erick Tohir, Direktur Utama VIVA, menjelaskan bahwa keputusan pihaknya untuk membeli hak siar Piala Dunia 2014 termasuk mendadak. "Keputusan beli hak siar tidak ada dalam rencana perusahaan tahun lalu. Keputusan untuk membeli ini (hak siar Piala Dunia) agak ngotot dan mendadak," ujarnya kepada wartawan usai jumpa pers di Senayan, Selasa (11/6/2013).

Dia menjelaskan, ada tiga momentum yang dia yakini dapat mendongkrak pendapatan perusahaan dari iklan. Selain penyelenggaraan Piala Dunia 2014, tahun depan juga akan berlangsung Pemilu 2014 dan bulan puasa.

"Penonton televisi saat puasa itu naik 40 persen dan saat Piala Dunia naik 60 persen," kata Erick. Dia mengatakan, momentum pemilu juga akan menaikkan peluang iklan politik di televisi yang dikelolanya.

Lebih lanjut lagi, Erick mengatakan, pihaknya akan menaikkan tarif iklan politik di stasiun televisi yang dikelolanya. Tarifnya juga akan lebih mahal 20 persen dibanding tarif iklan normal. "Bahkan, untuk iklan politik, harus bayar di muka 100 persen terlebih dahulu," jelasnya. (Oginawa R Prayogo/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com