Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penduduk Dunia Bakal 14 Miliar, Produksi Pangan Harus Digandakan

Kompas.com - 12/06/2013, 10:40 WIB
Dwi Bayu Radius

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi pangan dunia harus digandakan untuk mengantisipasi semakin parahnya krisis kebutuhan pokok itu akibat laju pertumbuhan penduduk yang amat tinggi. Jumlah penduduk dunia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050 dari saat ini.

Country Programme Manager Asia and the Pacific Divisi on Programme Management Department, Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) Ron Hartman di Jakarta, Rabu (12/6/2013), mengatakan, upaya pemenuhan pangan merupakan tantangan yang amat berat.

Jumlah penduduk dunia saat ini lebih dari 7 miliar orang dan diperkirakan bertambah menjadi 14 miliar dalam waktu kurang dari empat dasawarsa mendatang. Saat ini pun, persoalan yang menyebabkan rawan pangan sudah terjadi. Dunia sebenarnya memiliki cukup pangan namun distribusi menjadi masalah rumit.

"Cukupnya pangan tak disalurkan ke wilayah-wilayah yang tepat. Sebagian pangan di negara-negara tertentu menjadi sia-sia," ujarnya.

Ron mengatakan, masalah itu sangat genting karena kebutuhan pangan dalam jumlah besar harus dipenuhi tanpa merusak tatanan dunia. "Kondisi saat ini saja cukup mengkhawatirkan. Persoalan berat ke depan yakni, kita harus menggandakan produksi pangan dunia," ucapnya.

Ron mengatakan, para pemangku kepentingan pertanian perlu berinvestasi lebih besar dalam bentuk pertanian kecil. Petanian kecil harus menjadi solusi. Di dunia saat ini terdapat 500 pertanian kecil dan para pelakunya mampu menyediakan pangan untuk 2,5 miliar penduduk dunia.

"Buatlah petani kecil menjadi bagian dari pemecahan masalah pangan. Tapi, pertama-tama, mereka harus bisa memenuhi kebutuhan pokoknya dari lahan sendiri," paparnya.

Langkah lain yang harus dilakukan yakni distribusi harus dibenahi sehingga suplai pangan berkualitas menyentuh masyarakat hingga pedesaan.

Menurut Ron, masyarakat internasional semakin menyadari ancaman krisis pangan. Sebelumnya, pangan bisa diperoleh dengan mudah. "Harga pangan pun murah. Namun, sejak tahun 2008, perubahannya sangat drastis. Harga pangan melonjak. Konsumen harus membayar jauh lebih tinggi untuk pangan," ucap Ron.

Kondisi itu membuat para pelaku pertanian menjadi lebih fokus. Berbagai lembaga global seperti Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Gerakan Petani Sedunia (La Via Campesina) berperan penting dalam menyuarakan munculnya tantangan besar.

"Semua orang harus sadar betapa mencemaskannya krisis pangan yang bisa terjadi pada masa depan jika tak diatasi sejak dini," kata Ron.

Penduduk dunia juga harus menyadari isu-isu yang mempengaruhi masalah pangan sepe rti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan krisis finansial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com