Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Indonesia Awasi Kredit Properti

Kompas.com - 15/06/2013, 10:27 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia saat ini mewaspadai dan mengawasi pertumbuhan kredit perbankan pada sektor properti yang dinilai sudah cukup tinggi. Bank diminta untuk lebih berhati-hati dan tidak jorjoran dalam mengucurkan kredit bagi sektor properti.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per April 2013, kredit properti tumbuh 40 persen dalam setahun ini. Angka ini jauh di atas rata-rata kredit perbankan secara umum, yang tumbuh 21,9 persen secara tahunan. ”Kami mengawasi kredit properti,” kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Jumat (14/6/2013).

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengungkapkan, dalam konteks stabilitas sistem keuangan, kenaikan kredit properti belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi neraca bank. Namun, BI tetap menyoroti dan memantau dampaknya terhadap kemungkinan meningkatnya jumlah kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL). ”Kami berhati-hati agar bank tidak terlalu percaya diri,” kata Halim soal kredit properti.

Porsi kredit properti terhadap keseluruhan kredit perbankan kurang dari 10 persen. Kondisi ini berbeda dengan beberapa negara lain, yang bisa berkisar 60 persen-70 persen dari total kredit.

Untuk itu, Bank Indonesia meminta bank untuk tidak menurunkan standarnya dalam persyaratan kredit. Hal ini untuk memenuhi prinsip kehati-hatian bank.
”Kami ingatkan bank per bank, meskipun saat ini masih jauh dari zona bahaya,” ujar Halim.

Statistik Perbankan bulan Maret 2013 yang disiarkan BI menunjukkan, kredit rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal sebesar Rp 220,069 triliun dengan NPL sebesar Rp 5,547 triliun atau 2,5 persennya. Adapun suku bunga dasar kredit untuk kredit pemilikan rumah (KPR) per April 2013 berkisar 6,8-12,5 persen.

Halim memperkirakan, kredit properti masih akan kencang pada triwulan II-2013. Tingginya kredit properti ini didorong permintaan terhadap properti yang masih tinggi.

”Istilah bubble (gelembung) untuk properti ini perlu dikualifikasi. KPR ini karena permintaannya tinggi, maka pertumbuhan kreditnya di atas rata-rata pertumbuhan kredit,” kata Halim. (IDR/LKT)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com