Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Inflasi akibat BBM Terjadi di Juli

Kompas.com - 02/07/2013, 09:48 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan memuncak pada bulan Juli ini, lantaran dampak pada inflasi Juni ternyata belum penuh.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi Juni 2013 sebesar 1,03 persen (month-on-month) dan 5,9 persen (year-on-year). Nilai tersebut masih sesuai dengan perkiraan BI sebelumnya.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia, Difi A Johansyah, mengatakan, peningkatan tekanan inflasi tersebut memang sudah diperkirakan sebagiannya bersumber dari dampak langsung kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Kami memperkirakan dampak kenaikan harga BBM bersifat temporer yang berlangsung sekitar 3 bulan, dengan puncaknya pada bulan Juli 2013, kemudian akan menurun pada bulan Agustus dan September," kata Difi dalam siaran pers yang dikutip di Jakarta, Selasa (2/7/2013).

Difi menambahkan, perkiraan ini sudah menghitung pula pola musiman inflasi yang sejalan dengan kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri, serta dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada transportasi dan bahan pangan (volatile food).

Oleh sebab itu, BI akan menempuh bauran kebijakan dan terus melakukan langkah-langkah koordinasi bersama pemerintah dengan fokus pada upaya menjaga pasokan bahan pangan dan meminimalkan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM pada tarif transportasi.

Bank Indonesia memperkirakan bila inflasi bisa terjaga, laju inflasi pada akhir tahun 2013 mencapai sekitar 7,2 persen. Untuk itu, bank sentral akan berupaya meredam tekanan inflasi sehingga secara bertahap menurun ke dalam kisaran sasaran inflasi sebesar 4,5 plus minus 1 persen pada tahun 2014.

Sekadar catatan, kenaikan harga BBM bersubsidi mulai berdampak pada inflasi Juni 2013. Kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter untuk premium dan Rp 1.000 per liter untuk solar, terhitung 22 Juni 2013, telah mendorong kenaikan harga-harga, terutama pada kelompok harga yang ditetapkan (administered prices) dan volatile food.

Inflasi pada kelompok administered prices didorong oleh penyesuaian tarif angkutan antar-Kota antar-Provinsi (AKAP) sekitar 15 persen dan tarif angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP) rata-rata sekitar 17 persen.

Inflasi pada kelompok bahan pangan yang tercatat 1,18 persen (month-on-month) atau 11,46 persen (YoY) antara lain didorong oleh kenaikan harga komoditas beras, cabai merah, daging ayam, dan daging sapi.

"Selain itu, inflasi inti masih relatif stabil didukung oleh terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, menurunnya harga komoditas global, dan tekanan permintaan domestik yang terkendali," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com