Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponsel Lokal Wajib Diproduksi di Tanah Air

Kompas.com - 04/07/2013, 07:42 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengharapkan vendor ponsel lokal mau memproduksi ponselnya di tanah air. Hal ini sebagai upaya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan, selama ini vendor lokal ini hanya membuat merek ponsel lokal, namun produksi ponselnya tetap dilakukan di China.

"Mereka saat ini tidak nyaman (kalau produksi ponselnya) di sini. Sekarang kita mau mereka memproduksi ponselnya di sini, wajib diproduksi di tanah air," kata Budi saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Rabu (3/7/2013).

Keinginan pemerintah agar produsen atau vendor ponsel lokal memproduksi ponselnya di tanah air ini karena pemerintah telah menemukan sekitar 20-30 persen dari jumlah ponsel yang beredar saat ini merupakan ponsel ilegal.

Dari catatan Kementerian Perdagangan saja, sudah ada sekitar 70 juta unit ponsel ilegal yang beredar di pasar.

Atas keluhan tersebut, pemerintah berinisiatif meminta vendor lokal memproduksi ponsel di dalam negeri agar harga ponsel kian kompetitif. Hal ini juga akan menekan angka ponsel ilegal yang kini semakin meningkat.

"Memang vendor ponsel ini masih banyak membayar pajak dan sebagainya, tapi nanti kita akan tata agar level playing field-nya bisa sama. Makanya nanti kita akan bikin mereka bisa nyaman di sini," tambahnya.

Budi menambahkan, selama ini vendor lokal memilih untuk memproduksi ponselnya di China. Padahal dengan produksi di luar negeri justru pihak luar negerilah yang diuntungkan. Misalnya tenaga kerja mereka diberdayakan dan upah kerja mereka bisa meningkat. Otomatis, hal tersebut akan meningkatkan perekonomian di sana.

"Makanya kita nanti akan bikin mereka bisa untung di sini, di negeri sendiri," jelasnya.

Kementerian Perindustrian telah mendata setidaknya ada sembilan vendor ponsel lokal antara lain Polytron, Cross, Mito, Imo, Advan, SPC, TIphone, K-Touch dan Venera. Vendor ponsel tersebut asli merek Indonesia namun produksi ponselnya ada di China.

Padahal perusahaan-perusahaan di dalam negeri ini sudah mampu untuk memproduksi layar sentuh, baterai, papan ketik (keypad), casing, colokan daya (charger) dan komponen ponsel lainnya. Perusahaan di Indonesia hanya ketinggalan dalam hal sistem teknologi informasinya. Sehingga sistem IT ini masih perlu mendatangkan dari pihak asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com