Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Akan Berlakukan Subsidi BBM Tetap

Kompas.com - 15/07/2013, 08:03 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pemerintah berencana memberlakukan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM) secara tetap setiap liter, pada tahun depan. Dengan cara baru ini saat harga minyak mentah mengalami fluktuasi, naik ataupun turun, maka beban terhadap anggaran subsidi tak berubah.

Misalnya harga keekonomian BBM premium dan solar saat ini Rp 10.000 per liter. Dengan harga jual sebesar Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter, maka pemerintah menanggung subsidi BBM premium Rp 3.500 per liter dan solar Rp 4.500 per liter.

Nah dengan mekanisme baru tersebut, pemerintah tetap akan menanggung subsidi misalnya sebesar Rp 3.500 per liter untuk bensin dan Rp 4.500 untuk solar. Misalnya nanti harga keekonomian naik menjadi Rp 11.000 per liter, maka harga jual BBM bersubsidi otomatis akan naik menjadi Rp 7.500 untuk bensin dan Rp 6.500 untuk solar.

Usulan ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Chatib Basri pekan lalu. Chatib bilang dengan mekanisme baru subsidi tetap, maka pemerintah dan DPR tak perlu mengubah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat harga minyak dunia dan harga minyak Indonesia (ICP) naik.

Walau memudahkan pengaturan fiskal di masa datang, namun realisasi mekanisme subsidi tetap tidak akan semulus yang dibayangkan. Mekanisme ini dikhawatirkan akan menambah persoalan lain, karena harga BBM subsidi yang harus ditanggung masyarakat turun naik sesuai dengan harga minyak dunia.

Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mendukung usulan pemerintah ini. Artinya mekanisme baru ini aman buat bujet pemerintah tapi masyarakat akan membayar dengan harga lebih tinggi jika harga minyak mentah di pasar dunia mengalami kenaikan.

Menurut Komaidi, mekanisme subsidi tetap akan mengajarkan masyarakat untuk membeli BBM sesuai harga asli atau keekonomian. "Selain itu masyarakat akan dipaksa berhemat BBM. Kebijakan ini seperti semi mekanisme pasar," katanya.

Tapi Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistyaningsih berpendapat, saat ini masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan kondisi harga BBM yang berfluktuasi sesuai pasar sehingga kebijakan ini akan sulit diberlakukan.

Mekanisme subsidi tetap dianggap bukan jalan keluar dari masalah fiskal yang selalu dihadapi Pemerintah. Menurut Lana, yang paling mendesak saat ini adalah mengurangi volume konsumsi BBM.

Dia mengkritik pemerintah tidak konsisten dalam menjalankan rencana jangka menengah untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Misalnya program konversi ke gas dan bahan bakar nabati hingga saat ini tidak jalan. (Asep Munazat Zatnika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com