Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah Lagi, BI Diminta Stabilkan Nilai Tukar

Kompas.com - 17/07/2013, 08:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah kalangan pengusaha mengharapkan Bank Indonesia dapat menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Di satu sisi, eksportir bergembira dengan pelemahan rupiah, sebaliknya importir keberatan. Pasar diminta tidak panik.

Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) berharap pemerintah bisa mengendalikan nilai rupiah agar tidak terus melemah. Pasalnya, melemahnya nilai rupiah memberatkan mereka mengimpor bahan baku bagi pangan olahan atau produk dalam kemasan.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman, di Jakarta, Selasa (16/7/2013), mengemukakan, sebagian besar bahan baku produk pangan olahan merupakan produk impor. Sebagai contoh adalah bahan tambahan pangan, gandum, dan gula diimpor sebanyak 60 persen, konsentrat jus buah 60 persen, dan bawang putih 90 persen.

”Oleh karena itu, melemahnya nilai rupiah tentu saja akan sangat memberatkan sejumlah pengusaha. Hal itu pun akan berpengaruh pada kenaikan harga sejumlah produk pangan olahan,” ujar Adhi.

Sulit memastikan besaran kenaikan harga produk pangan olahan apabila nilai rupiah terus melemah. Pasalnya, kenaikan harga produk pangan olahan sangat bergantung pada kebijakan setiap perusahaan dan formula bahan baku yang digunakan.

Adhi memastikan, saat ini, melemahnya nilai rupiah belum berpengaruh pada harga sejumlah produk pangan olahan. Hal itu karena sejumlah pengusaha masih memiliki stok cadangan bahan baku untuk produk pangan olahan hingga sebulan ke depan. Selain itu, umumnya, mendekati Idul Fitri, penyesuaian harga tidak mungkin dilakukan.

”Namun, kalau nilai rupiah terus melemah, saya perkirakan sebulan ke depan baru akan terasa dampaknya terhadap kenaikan harga produk pangan olahan,” ujar Adhi.

Adhi mendukung upaya BI dalam mengendalikan nilai rupiah. ”Kami sangat mendukung upaya pemerintah dan BI dalam mengendalikan stabilitas nilai rupiah,” kata Adhi.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia Achmad Ridwan Tento mengatakan, melemahnya rupiah belum terasa pada importir. ”Saat ini, banyak sekali barang impor masuk. Namun, barang-barang itu dipesan 2-3 bulan lalu, masih memakai kurs Rp 9.600-Rp 9.700 per dollar AS,” kata Ridwan.

Tingginya barang impor saat ini sudah menjadi pola tahunan. Setiap kali menjelang Lebaran, impor akan tinggi sekali. Kondisi ini baru berhenti saat empat hari menjelang Lebaran.

Mengenai kemungkinan importir menurunkan barang impor, Ridwan mengatakan, sangat tergantung dari kondisi setelah Lebaran. ”Jika permintaan masyarakat masih tinggi, mau tidak mau impor tetap akan tinggi. Tetapi, saya perkirakan, permintaan akan merosot jauh,” ujar Ridwan.

Merosotnya permintaan itu karena daya beli masyarakat juga menurun setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan harga bahan kebutuhan pokok lainnya.

Untuk mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah, Ridwan sangat berharap ada tindakan tepat dari BI dan pemerintah. ”Bagi kami, nilai tukar yang pas itu Rp 9.600-Rp 9.700,” kata Ridwan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, di Jakarta, mengatakan, dunia usaha saat ini membutuhkan kepastian nilai tukar rupiah terhadap dollar AS untuk memprediksi bisnisnya.

”Harus ada kepastian kita akan bermain di kurs berapa, apakah pada kisaran Rp 9.500-Rp 9.700, atau kisaran berapa,” katanya.

Sofjan mengakui, kalangan dunia usaha menilai pelemahan rupiah terhadap dollar AS dapat membantu kinerja ekspor Indonesia. Meski demikian, kondisi tersebut juga menimbulkan permasalahan bagi industri manufaktur yang sangat bergantung pada bahan baku impor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com