JAKARTA, KOMPAS 
- Kementerian Badan Usaha Milik Negara memutuskan menyerahkan restrukturisasi PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) kepada PT Perusahaan Pengelola Aset. Penunjukan PT Perusahaan Pengelola Aset diambil setelah upaya merestrukturisasi Merpati oleh Tim 7 Kementerian Badan Usaha Milik Negara belum menunjukkan hasil.

”Kami putuskan restrukturisasi Merpati diserahkan ke PPA (PT Perusahaan Pengelola Aset). PPA itu ahlinya. Saya percaya PPA bisa menyelesaikan itu,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Mengenai penyerahan ke PPA, Dahlan mengatakan tidak perlu duduk bersama. ”PPA itu, kan, BUMN juga, jadi tidak perlu dibicarakan bersama dulu. Langsung saja tunjuk, jadi sebuah penugasan,” kata Dahlan. Dengan penunjukan itu, Dahlan menyerahkan sepenuhnya apa yang akan dilakukan PPA terhadap PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati). ”PPA bisa melakukan apa saja, seperti penunjukan direksi baru, atau apa saja,” ujar dia.

Utang Merpati sebesar Rp 6,5 triliun menjadi kendala paling sulit untuk restrukturisasi. Dahlan mengatakan, penyelamatan Merpati bisa saja dengan cara mengonversikan utang menjadi saham, seperti yang dilakukan terhadap PT Garuda Indonesia. Namun upaya seperti itu membutuhkan persetujuan dari Menteri Keuangan, DPR, dan instansi lainnya.

Sebelumnya, Dahlan mengatakan, akan menjual Merpati karena tidak berhasil merestrukturisasi. Penjualan Merpati dan penyerahan kepada PPA ini berbeda dengan apa yang direkomendasikan oleh Tim 7 dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR.

Upaya menyelesaikan Merpati diusulkan dengan empat cara. Pertama, memperbesar Merpati dengan suntikan modal sebesar Rp 1,4 triliun hingga Rp 2,3 triliun. Kedua, memperkecil Merpati dengan memberikan modal Rp 700 miliar-Rp 1,2 triliun. Ketiga, konversi utang menjadi saham. Keempat, likuidasi.

Wakil Presiden Sekretaris Perusahaan PT Merpati Nusantara Airlines Herry Saptanto mengatakan, mendukung apa yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penyelamatan Merpati. Saat ini kondisi Merpati sendiri sudah bagus dengan tingkat keterisian (load factor) yang mencapai 89 persen.

Berdasarkan data, kinerja Merpati terus meningkat sejak semester II-2012. Dengan masuknya investor strategis, Merpati dapat menambah jumlah pesawat terbang dan menambah rutenya untuk pelayanan yang lebih baik.

Namun, Ketua Forum Pegawai Merpati, Danu Risman, meminta Dahlan untuk tidak asal mengeluarkan pernyataan karena pernyataan itu justru mematikan Merpati.

”Banyak agen tidak mau menjual tiket Merpati karena khawatir Merpati tiba-tiba tutup. Pelanggan Merpati juga bingung apakah mau naik Merpati atau tidak,” kata Danu. (ARN)