Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik China, Jumat (26/7/2013) laba bersih perusahaan-perusahaan China naik 6,3 persen (year on year/yoy) menjadi 502,4 miliar yuan (82 miliar dollar AS atau Rp 820 triliun). Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan sebulan sebelumnya yang mencapai 8,8 persen.
Bursa saham di China juga turun untuk ke tiga kalinya pada hari yang sama, sebagai respon terhadap rendahnya pertumbuhan manufaktur, setelah pemerintah China mengurangi kapasitas 19 perusahaan untuk memangkas kelebihan pasokan yang menyebabkan harga anjlok.
Pada saat yang sama, Dewan Nasional China juga telah menawarkan dukungan terbatas melalui percepatan pembangunan jalur kereta api, potongan perpajakan untuk perusahaan kecil dan memangkas biaya ekspor.
“Dalam kaitannya dengan kebijakan, satu hal yang paling jelas adalah tidak ada paket stimulus ekonomi di China,” Zhu Haibin, ekonom JPMorgan Chase & Co., yang berbasis di China.
Menurutnya, Pemerintah China saat ini mencoba untuk menyusun kebijakan fiskal agar lebih efektif dengan mengurangi belanja administrasi.
Sementara itu di sisi moneter, bank sentral China sedang berupaya untuk menggenjot kredit yang langsung disalurkan kepada sektor riil.