Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eramet Tegaskan Kembali Komitmen Bangun Smelter

Kompas.com - 02/08/2013, 18:12 WIB
Evy Rachmawati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Eramet, perusahaan pertambangan asal Perancis, melalui anak perusahaannya Weda Bay Nickel, menegaskan kembali komitmennya untuk membangun pabrik pemurnian nikel dan pengolahan (smelter) di Halmahera dengan total investasi 5,5 miliar dollar AS.  Pabrik pemurnian dan pengolahan bijih nikel itu berkapasitas 65.000 ton nikel.

Demikian disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, dalam keterangan pers, usai menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, yang didampingi investor Perancis, pada Jumat (2/8/2013), di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta.

Kunjungan itu untuk melanjutkan diskusi terkait investasi Perancis di Indonesia dan membuka forum diskusi bagi masukan serta tanggapan dari Pemerintah Indonesia dalam rangka memfasilitasi kerjasama antara kedua Negara terutama di sektor energi dan sumber daya mineral.

“ Membahas banyak hal yang dibicarakan, terutama hubungan Indonesia dengan perancis. Lebih khusus lagi bidang esdm. Beberapa perusahaan perancis yang beroperasi di Indonesia, puluhan tahun, diantaranya di bidang migas adalah total dan di bidang pertambangan, ada  yang baru mulai namanya Eramet,” ujar Wacik.

Wacik menjelaskan, pihak Perancis (Eramet) melalu anak perusahaannya Weda Bay Nickel (WBN) berencana untuk membangun pabrik pemurnian nikel dan pengolahan di Halmahera dengan total investasi 5,5 miliar dollar AS dan kapasitas produksi hingga 65.000 ton nikel, 3.500 ton co-sulfida per tahun.

Pada tahap awal, WBN akan menginvestasikan 3,5 miliar dollar AS untuk pembangunan smelter dengan kapasitas 3.500 ton Ni-Logam per tahun. Smelter yang akan menerapkan teknologi hidrometalurgi ini diperkirakan akan menciptakan lapangan pekerjaan kepada 3.500 pekerja.

“Saya sudah minta persyaratan-persyaratan kepada mereka, diantaranya karyawan yang 3.500 itu sebanyak mungkin, di atas 90 persen harus orang Indonesia timur,” kata dia.

Pusat pelatihannya direncanakan dibangun di Makassar dan Kupang. Pihak Perancis tertarik untuk mengembangkan sumber-sumber energy baru terbarukan. “Sudah mulai investasi di bidang energi baru terbarukan, panas bumi akan mulai, tenaga surya sudah mulai, angin juga mereka ingin terjun, dan sampah biomassa mereka juga ingin terjun,” kata Wacik.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite menyatakan, pemerintah dan WDB telah menyepakati sejumlah prinsip renegosiasi kontrak, termasuk mengenai luas wilayah pertambangan dan kewajiban membangun smelter.

Saat ini pembahasan dengan WBD fokus pada pemenuhan kewajiban divestasi dan royalti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com