Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengkaji Pengalaman Negara Lain untuk Mendorong Investasi Energi Terbarukan

Kompas.com - 21/08/2013, 15:51 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Clean Energy Development (ICED) mengkaji pengalaman beberapa negara dalam mendorong investasi di bidang energi terbarukan untuk pembangkit listrik yang tersambung ke jaringan (on grid power generation plant).

Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, China, Brazil, India, Bangladesh dan Thailand. Untuk Amerika, China, Brazil dan India termasuk dalam peringkat sepuluh besar negara-negara di dunia dengan perkembangan energi terbarukan yang amat pesat.

Sementara itu Bangladesh dan Thailand dinilai memiliki pengalaman yang relevan untuk Indonesia meskipun mereka tidak berada di peringkat atas dunia.

Deputy Chief of Party ICED-US AID Raymond Bona menjelaskan, studi ini berfokus pada upaya bank sentral dan pemerintah di negara-negara tersebut, untuk menggairahkan pemanfaatan air, bio masa, sinar matahari, angin dan bio gas bagi pembangkit listrik dengan kapasitas hingga 10 mega watt.

"Berbagai inisiatif mereka di bidang keuangan dan perbankan dapat menjadi pembanding dan memberikan petunjuk bagi kita, dalam memilih fokus untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan," ujarnya di Kantor Bank Indonesia, Rabu (21/8/2013).

Raymond mengatakan, banyak pengalaman dan pelajaran yang relevan dari negara-negara tersebut dalam studi ini, seperti membuat skema pasar karbon cap and trade. Mekanisme ini memberikan insentif kepada energi bersih tanpa beban pendanaan dari pihak pemerintah. Begitu juga dengan pengurangan subsidi BBM.

"Pemerintah kita telah melakukan upaya ini, namun perlu langkah yang lebih intensif. Kita dapat merujuk pada pengalaman Brazil, yang berhasil mengurangi subsidi BBM dan listrik dalam waktu singkat," jelasnya.

Selain itu pemerintah Indonesia harus memperkuat insentif fiskal. Menurut Raymond, Indonesia belum memberikan pengurangan pajak produksi, pajak investasi, atau hibah untuk proyek energi terbarukan skala kecil. Sebagian besar insentif ini dirancang untuk mengurangi biaya peralatan atau sistem, sehingga dapat meningkatkan keekokomian proyek setelah memperhitungkan FIT yang berlaku.

"Kebijakan ini dapat dikaitkan dengan public benefit fund, yang dapat diambil dari tambahan biaya listrik dari konsumen, atau dari penghematan subsidi BBM," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com