Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa

Kompas.com - 22/08/2013, 07:25 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Sejumlah industri dan pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan impor mulai merasakan dampak negatif pelemahan rupiah. Dampak itu antara lain dirasakan industri otomotif dan ritel yang sangat bergantung impor. Namun, eksportir kerajinan merasakan dampak positif.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR di Jakarta, Rabu (21/8/2013), mengatakan, produsen perlu mencermati sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi ataupun penjualan mobil di Indonesia.

”Bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang kini 6,5 persen itu akan berdampak terhadap penjualan secara kredit pada September 2013. Kami perlu mencermati seberapa besar dampak kenaikan suku bunga terhadap penjualan,” kata Sudirman.

Faktor lain yang juga dicermati para produsen otomotif adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pelemahan ini akan berdampak terhadap biaya produksi.

”Kami ketahui dan evaluasi dari rekan ATPM (agen tunggal pemegang merek), ongkos produksi yang digunakan saat ini masih Rp 9.300. Jika sekarang nilai tukar sekitar Rp 11.000, kami harus mencermati dampaknya terhadap produksi dan penjualan,” kata Sudirman.

Sudirman menegaskan, kalangan pengusaha, khususnya otomotif, terus memonitor gejolak rupiah dan ekonomi, baik global maupun lokal, secara saksama apakah tren yang ada saat ini merupakan fenomena sementara atau kondisi riil yang berlanjut satu hingga dua bulan ke depan.

Jika jawabannya adalah terus berlanjut, secara jangka panjang jelas berdampak signifikan terhadap industri otomotif nasional. Hal ini terjadi karena struktur industri otomotif nasional saat ini masih sangat bergantung pada impor. Industri otomotif Daihatsu, misalnya, meski komponen lokal sudah mencapai 85 persen, tetap ada kandungan impornya.

Seluruh faktor tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap produksi dan penjualan mobil dalam lima bulan terakhir tahun 2013.

Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Peritel Indonesia Tutum Rahanta mengatakan, harus ada kreativitas pemerintah untuk membuat kebijakan yang pasti. Harus ada pernyataan yang pasti dan tidak gamang karena upaya ini hanya bisa diatasi dengan menekan impor.

Namun, masalahnya saat ini tidak ada satu pun sektor industri yang tidak impor untuk berbagai kebutuhannya, baik untuk produksi maupun pengemasannya. Seluruh industri manufaktur nasional rentan terhadap impor. Apabila impor, yang umumnya bahan baku. direm. jelas ekonominya akan tertahan..

”Bagi saya, ini masalah krusial karena kita tidak punya daya tahan seperti negara lain dalam menghadapi krisis. Begitu kena krisis mengatasinya sulit dan lama. Pemerintah kita tidak punya kemampuan membuat nilai tambah dalam memperkuat ekonomi. Kita juga tidak kreatif untuk membuat atau mendukung industri. Akibatnya semuanya harus diimpor sekalipun itu untuk kepentingan produksi dan pemasaran pengusaha skala ekonomi kelas UKM,” kata Tutum.

Sementara itu, ekspor kerajinan gerabah dan keramik di Kasongan, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta, meningkat hingga 30 persen karena melemahnya rupiah. Situasi ini diharapkan para perajin setelah industri kerajinan gerabah dan keramik terpuruk sejak tahun 2008 akibat imbas krisis ekonomi global.

Peningkatan ekspor di Kasongan terpantau dari banyaknya pembeli kerajinan dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara di Eropa, beberapa hari terakhir. ”Yang paling banyak diminati pembeli luar negeri, antara lain guci dan patung,” kata Timbul Raharjo, perajin dan pemilik Studio Timboel Keramik di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Rabu (21/8/2013). (EGI/ABK/ETA/CAS/AST/LKT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com