Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar dan Euro Datar, Yen Melemah

Kompas.com - 23/08/2013, 07:50 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber Antara,
NEW YORK, KOMPAS.com - Kurs euro dan dollar AS diperdagangkan datar pada Kamis (22/8/2013). Namun yen melemah karena data positif baru yang meningkatkan harapan untuk ekonomi zona euro dan China. Mata uang emmerging market masih terus berada di bawah tekanan, dengan jatuhnya lira Turki, rupiah Indonesia, rupee India, dan baht Thailand.

Pada Kamis pukul 21.00 GMT atau Jumat (23/8/2013) pukul 04.00 WIB, kurs euro dipatok 1,3354 per dollar AS, tidak banyak bergerak dari penutupan perdagangan pada Rabu yang mematoknya di level 1,3357 per dollar AS.

Sementara dollar AS menguat terhadap yen Jepang, menjadi 98,68 yen per dollar AS, dari sebelumnya 97,71 yen per dollar AS. Penguatan terhadap yen Jepang juga terjadi pada euro, dengan 131,8 per euro pada penutupan perdagangan Kamis, dari sebelumnya 130,49 yen per euro.

Kepercayaan terhadap mata uang utama terus meningkat setelah melonjaknya indeks manajer pembelian (PMI) zona euro oleh Market untuk Agustus 2013. Peningkatan indeks tersebut berarti aktivitas bisnis telah naik tajam, tertinggi dalam 26 bulan terakhir.

"Kemajuan ini dipimpin oleh Jerman, di mana pertumbuhannya kian cepat pada Agustus, didorong secara bergantian oleh meningkatnya permintaan domestik dan ekspor," kata kepala ekonom Market Chris Williamson. "Sejauh ini, kuartal ketiga sedang maju menjadi yang terbaik ... sejak musim semi 2011," imbuh dia.

Ekonomi China membaik, imbal hasil obligasi Amerika meningkat

Sementara PMI HSBC untuk sektor manufaktur China melonjak menjadi 50,1 pada Agustus, naik dari posisi terendah selama 11 bulan yang terjadi pada Juli 2013 di level 47,7. Peningkatan indeks ini mengurangi kekhawatiran melambatnya perekonomian China.

"Data itu memberikan harapan yang lebih umum bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkat selama paruh kedua 2013 dan 2014," kata Timothy Evans dari Citi Futures.

Sementara imbal hasil obligasi AS naik, terus memperburuk arus keluar modal (capital outflow) dari negara-negara berkembang. Imbal hasil pada obligasi negara Amerika bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi baru menjadi 2,9 persen, dari sebelumnya 2,86 persen pada Rabu. Adapun imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun meningkat menjadi 3,89 persen dari 3,88 persen.

"Korelasi antara pasar obligasi AS dan mata uang negara-negara berkembang tetap sangat tinggi," kata Jens Nordvig dari Nomura. "Ini bervariasi dari satu mata uang dengan mata uang lain. Memang ada beberapa bukti bahwa negara-negara berkembang dengan posisi neraca pembayaran yang rentan, sebagian besar menderita dengan lonjakan imbal hasil UST (obligasi negara AS)."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara,
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com