Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paket Kebijakan Baik, Tapi Tak Cukup

Kompas.com - 24/08/2013, 17:40 WIB
FX. Laksana Agung S

Penulis


JAKARTA, KOMPAS – Paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah pada dasarnya baik tetapi tidak cukup menjawab persoalan merosotnya nilai tukar rupiah dan anjloknya indeks harga saham gabungan. Diperlukan langkah teknis konkret dalam jangka pendek.     

Dihubungi di Yogyakarta, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasentiantono, Sabtu (24/8/2013), berpendapat, paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah pada dasarnya cukup baik. Namun itu tidak cukup.

Paket kebijakan ekonomi pemerintah, menurut Tony, bisa disebut baik karena ada sejumlah kebijakan yang menjawab penyebab pelemahan rupiah. Misalnya adalah kenaikan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) impor yang secara langsung mendorong penurunan impor.

Namun ada penyebab lain yang belum tersentuh. Misalnya adalah kebijakan tentang suku bunga. ”Suku bunga desposito di bank saat ini tidak bisa menahan hasrat pemilik dana besar untuk menubruk rupiah,” kata Tony.     

Tony mengingatkan, penyebab rupiah terdepresiasi ada tiga hal. Pertama impor besar. Kedua, kebutuhan dollar amerika Serikat (AS) yang besar untuk membayar utang luar negeri. Ketiga, orang memindah asetnya dari rupiah ke dollar Amerika Serikat karena rupiah tertekan inflasi sedangkan suku bunga deposito di bank tidak menarik.       

Necessary  but not sufficient. Saya usul beberapa hal yang saya harap bisa menjadi sufficient condition,” kata Tony.     

Usulan itu meliputi tiga hal. Pertama suku bunga Bank Indonesia dinaikkan ke 6,75 persen atau bahkan 7 persen. Ini sebagai respon terhadap inflasi tahunan sebesar 8,61 persen guna mengurangi insentif pemilik dana atau deposan untuk memindah rupiahnya ke dollar AS.     

Kedua, pemerintah mesti melakukan negosiasi untuk menjadwal ulang tempo pembayaran utang luar negeri pemerintah dan swasta. Hal ini pernah dilakukan saat kiris ekonomi tahun 1998 melalui Jakarta Initiative.     

Ketiga, meminjam pinjaman siaga dari Chiang Mai Initiative untuk memperkuat cadangan devisa yang saat ini meluncur turun ke 92,7 miliar dollar AS. Padahal dua tahun yang lalu mencapai RP 124,7 miliar dollar AS.     

Chiang Mai Initiative adalah kerjasama 10 negara Asean ditambah Jepang, China, dan Korea Selatan. Substansi kerjasamanya adalah manakala terjadi krisis pada negara Asean, maka Jepang, China, dan Korea Selatan siap memberikan bantuan untuk memasok cadangan devisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com