Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Mesti Gunakan APEC

Kompas.com - 27/08/2013, 07:29 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Posisi Indonesia dalam konstelasi perekonomian global masih belum menguntungkan, sementara liberalisasi kian menyeruak. Oleh sebab itu, Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, 1-8 Oktober 2013, di Bali, mesti menjadi salah satu langkah menaikkan posisi Indonesia dalam rantai produksi.Demikian salah satu pesan yang bisa dipetik dari diskusi panel yang digelar harian Kompas di Jakarta, Senin (26/8/2013). Tema diskusi adalah ”APEC, Manfaat dan Sumbangan Indonesia dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dinamis Berkelanjutan Asia Pasifik”.

Hadir dalam kesempatan itu Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Yuri O Thamrin, serta Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Wishnu Wardhana.

Gita menyatakan, sejumlah kesepakatan dan perjanjian regional ataupun internasional tampaknya indah secara naratif. Namun, kenyataannya, tak jarang negara maju tidak mau memberikan fasilitas kepada negara miskin untuk meningkatkan ekspor. Padahal, hal itu yang nyata-nyata dibutuhkan negara-negara miskin.

KTT APEC di Bali mendatang, menurut Armida, mengusung pertumbuhan berkelanjutan dengan kesetaraan sebagai salah satunya prioritasnya. Hal ini antara lain menyangkut isu di ketahanan pangan, kelautan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta ketahanan energi. Artinya, ini relevan dengan tantangan yang dihadapi Indonesia.

Yose Rizal Damuri mengingatkan, Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara Asia lainnya dalam rantai produksi. Bahkan dibandingkan dengan Filipina sekalipun. ”Keuntungan paling penting dari kerja sama ekonomi internasional berasal dari dukungan reformasi ekonomi domestik,” kata Yose.

Wishnu Wardhana berpendapat, terjadi perubahan paradigma pada pemangku kepentingan APEC. Jika perdagangan internasional menjadi konteksnya, penghapusan tarif menjadi orientasi pada awalnya. Namun, kini hal itu telah berubah seiring dengan ekspansi korporasi global yang membangun struktur produksinya lintas negara.

APEC terdiri atas 21 kelompok ekonomi. Kerja samanya bersifat tidak mengikat dan tidak memiliki kerangka waktu. Meski demikian, sejumlah isu penting berkaitan erat dengan agenda domestik. Selain agenda pertemuan pimpinan kelompok ekonomi, KTT APEC di Bali nanti juga menjadi ajang pertemuan pimpinan korporasi. (LAS/AYS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com