Hadir dalam kesempatan itu tersebut pendiri dan pemilik BSBA B.R. Prabowo, Kepala Sekolah SMK Strada Caelesta Maria Fajarsasi, dan Pastor Ageng Marwata SJ dari Yayasan Strada, serta perwakilan dari Sosro, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BCA.
Caroline, dara berambut lurus panjang itu mengaku senang mendapatkan pengalaman langsung mengelola gerai makanan. Menurutnya, dia bisa belajar mulai dari menyiapkan bakso yang bakal dijual, melayani pelanggan yang kebanyakan adalah murid dari sekolah tersebut hingga menghitung hasil penjualan dalam sehari. Menurutnya, para siswa dari dua jurusan studi di SMK Strada itu yakni Administrasi Perkantoran dan Akuntansi bisa belajar sesuai dengan bidang masing-masing di gerai tersebut. "Bisa menambah pengalaman juga," katanya.
Bagi Caroline, bertugas di gerai BSBA sama artinya dengan ditantang untuk membagi waktu dengan rutinitas belajar di sekolah. Soalnya, usai pelajaran jam ketiga sekitar pukul 09.30 alias tepat pada jam "ngaso"atawa istirahat pertama, dia harus bergegas menuju gerai BSBA. Itu berarti, dalam masa bertugas hingga sekitar pukul 13.00, Caroline harus rela meninggalkan mata pelajaran lainnya. "Saya sih masih takut ketinggalan pelajaran,"tuturnya.
Sementara, Ibu Fajarsasi mengatakan kalau kerja sama pihaknya dengan BSBA semata-mata merupakan wujud nyata bagi para muridnya mempraktikkan teori yang didapat di kelas dengan kenyataan wirausaha sehari-hari. Lebih lanjut, perempuan kelahiran Yogyakarta 12 Juli 1962 ini mewanti-wanti pula kalau ajang kerja sama tersebut jangan dilihat sebagai "kebijakan" sekolah menyuruh para murid menjadi "tukang jualan" bakso. Sebaliknya, praktik kerja seperti itu, siapa tahu bisa menjadi inspirasi bagi siswa memelopori usaha sendiri di bidang sama, menjadi sang empunya perusahaan bakso alias juragan bakso. "Kerja sama ini merupakan latihan berwirausaha bagi siswa kami untuk belajar mulai dari nol, bagaimana membuka sebuah usaha bisnis,"katanya menekankan.
Kemudian, Fajarsasi menambahkan kerja sama ini bentuknya kemitraan bukan waralaba. "Pihak manajemen BSBA mau menularkan dan mengaplikasikan manajemen yang sudah tertata dan tersistem, bisa masuk ke dunia pendidikan,"ujar ibu satu anak ini mengakui kalau persiapan kemitraan ini sudah dirintis setahun silam.
Selama setahun itu, terang Fajarsasi, pihak SMK Strada mendapat banyak pelatihan mulai dari pembuatan proposal, pengelolaan gerai, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kewirausahaan. Perwujudan kemitraan itulah yang akhirnya tampak pada gerai yang didominasi warna kuning oranye tersebut.
Separuh-separuh
Lantaran berbentuk kemitraan, pihak SMK Strada Budi Luhur ikut ambil bagian dalam penyediaan gerai, khususnya menyulap ruang tunggu orang tua murid menjadi tempat makan yang nyaman, komplet dengan pendingin udara sejak Juli silam. Meski begitu, ada juga ruang terbuka bagi konsumen yang hendak menyantap menu utama yakni bakso.
Sebuah peti kemas bekas sudah disulap menjadi pusat layanan tempat konsumen mengambil makanan, minuman, sekaligus membayar harganya. Fajarsasi mengaku, sekolah pun mengeluarkan dana sekitar Rp 100 jutaan untuk persiapan gerai tersebut.
Sementara itu, menurut penuturan B.R. Prabowo, pengelolaan bisnis untuk gerai kewirausahaan tersebut menyertakan pula soal bagi hasil penjualan separuh-separuh.
Catatan Fajarsasi menunjukkan, pembagian itu dengan memperhitungkan biaya-biaya seperti ongkos listrik, air, dan gaji pegawai BSBA yang bertugas di gerai tersebut. "Untuk kami, bagi hasil akan dimanfaatkan untuk pengembangan praktik kewirausahaan para siswa ke depannya,"kata perempuan berkaca mata ini.
Tak cuma itu, kemitraan tersebut nantinya bakal berkembang di lingkup lima SMK yang dimiliki Yayasan Strada di Jabodetabek. Fajarsasi mengatakan, selain di Bekasi, kemitraan dengan BSBA bakal dihelat pula di SMK Strada I Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, SMK Strada II Jalan Taman Sari Jakarta Barat, SMK Strada III Tanjung Priok Jakarta Utara, dan SMK Strada Jalan Daan Mogot Tangerang.
Secara lebih rinci, lalu, Fajarsasi mengatakan pihaknya menciptakan sistem tersendiri agar seluruh siswa bisa mencicipi latihan kewirausahaan tersebut. Per 1 September 2013, sekolah menugaskan setiap siswa mendapat kesempatan belajar nyata di gerai selama tiga hari. Waktunya mulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00. "Kami mulai dari siswa kelas 12 terlebih dahulu. Jam bertugas itu masuk dalam jadwal PKL (Praktik Kerja Lapangan)," imbuhnya.
Pada masa awal, terang Fajarsari, ada 20 siswa yang dipilih menjadi pionir kewirausahaan. Untuk kelompok ini, ada pelatihan khusus di lingkungan sekolah sebelum terjun pada 1 September tersebut.