Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, intervensi ini dilakukan untuk menahan volatilitas nilai tukar rupiah, khususnya terhadap dollar AS. "BI akan selalu ada di pasar dalam menjaga volatilitas rupiah. Tapi BI tidak menargetkan satu nilai tukar tertentu. Tapi dalam rentang (range) yang baik," kata Agus saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (30/8/2013).
Ia menambahkan, kondisi pelemahan rupiah ini memang disebabkan karena pengaruh pengurangan stimulus dari bank sentral Amerika Serikat. Akibatnya, investor asing kembali memegang investasi yang relatif aman, salah satunya dollar AS.
Di sisi lain, pelemahan rupiah juga disebabkan karena kondisi domestik ini sedang melemah, baik defisit transaksi berjalan hingga inflasi yang melambung. Prediksi Agus, inflasi hingga akhir tahun ini akan berkisar di level 9-9,8 persen. "Tapi kami sudah kaji, defisit transaksi berjalan ini sangat tinggi di kuartal II-2013, tapi itu sifatnya one time. Ini cuma sesekali, di kuartal III dan IV akan lebih baik," tambahnya.
Kenaikan neraca transaksi berjalan ini karena memang ada pembayaran repatriasi keuntungan ke luar negeri yang cukup besar. Tapi ke depan, kata Agus, nilainya akan semakin menurun. Di sisi lain, kenaikan defisit neraca transaksi berjalan ini memang disebabkan karena impor minyak yag tinggi. Namun dengan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada akhir Juni lalu, hal ini juga akan menekan impor minyak nasional.
"Imbasnya, kita sudah menaikkan BI rate (untuk menarik investor asing masuk)," jelasnya.
Harapannya nanti, nilai tukar rupiah juga akan menguat seiring dengan investor asing yang mulai kembali masuk. Hingga siang ini, rupiah masih bertahan di level Rp 10.920 per dollar AS, melemah 13 persen (ytd). Rupiah hari ini diperdagangkan di level Rp 10.905-11.257 per dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.