Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi Perekonomian Serba Sulit

Kompas.com - 06/09/2013, 07:17 WIB


KOMPAS.com -
Situasi perekonomian yang sulit kembali dihadapi negeri ini. Nilai tukar rupiah kini sudah menembus Rp 11.000 per dollar AS. Tingkat inflasi bakal berada di atas 9 persen. Bank Indonesia, pekan lalu, memerlukan rapat darurat untuk memutuskan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 7 persen. Pilihan BI ini jelas berat karena akan mengorbankan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang rendah punya konsekuensi begitu luas. Di tengah upaya mengurangi tingkat pengangguran yang masih lebih dari 7,17 juta orang, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi mutlak perlu untuk menciptakan lapangan kerja. Tugas semakin berat karena lebih dari 2,1 juta orang memasuki lapangan kerja setiap tahun. Mempertahankan mereka yang sedang bekerja saja menjadi beban lainnya.

Menaikkan BI Rate bermakna pedang bermata dua. BI Rate bermaksud menekan angka inflasi yang kian tinggi. BI Rate yang tinggi membuat masyarakat lebih menahan uangnya daripada berbelanja. BI Rate juga membuat mereka yang punya dana besar tidak berspekulasi membeli dollar AS yang semakin memperlemah nilai rupiah. Kondisi yang bisa membuat harga barang impor semakin mahal dan mendorong inflasi.

Runyamnya impor Indonesia masih tetap tinggi. Paling akhir terlihat dari defisit neraca perdagangan pada Juli 2013 yang mencapai 2,3 miliar dollar AS. Impor masih tetap besar. Dampak inflasinya juga akan tetap besar. Paket kebijakan ekonomi yang baru dikeluarkan untuk menekan impor juga belum efektif. Paket yang sangat terlambat karena angka defisit ini sudah berlangsung sejak tahun 2012.

Situasi yang serba sulit ini semakin berat dengan situasi geopolitik di Timur Tengah yang memanas. AS dan sekutunya berniat menyerang Suriah. Harga minyak mentah segera melonjak melampaui 110 dollar AS per barrel. Beban subsidi pemerintah semakin berat. Sulit untuk menaikkan harga BBM lagi. Beban kian berat karena membutuhkan rupiah yang semakin banyak untuk membeli produk minyak dalam dollar AS.

Di tengah pasar global yang masih tetap melemah, tidak ada jalan lain bagi pemerintah dan semua pihak untuk berhemat. Mendorong ekspor jelas sebuah perjalanan terjal. Harga komoditas mungkin murah karena nilai dollar AS yang menguat, tetapi permintaan global sedang tak becus. Tetap tidak terjadi ekspor yang dibutuhkan.

Menarik masuk investasi asing juga bukan hal mudah di tengah inflasi tinggi di dalam negeri. Menaikkan lagi BI Rate untuk menekan inflasi dan meredam jatuhnya rupiah akan membuat pertumbuhan ekonomi kian terpuruk. Penganggur kian runyam karena bisa saja yang sedang bekerja bakal menjadi penganggur.

Di tengah situasi sulit seperti ini tidak bisa lain harus memulai aksi dari diri sendiri. Angka impor yang tinggi harus ditekan dengan berbagai penghematan. Impor bahan bakar minyak harus ditekan. Barang modal yang tidak merupakan kebutuhan prioritas agar ditinjau kembali. Intinya mulai menghemat dengan tidak melakukan impor yang tidak berlebihan.

Aksi yang menyebabkan biaya tinggi yang memberatkan entitas ekonomi agar dihindari. Langkah ini untuk menjaga situasi yang ada tak semakin runyam. (Pieter P Gero)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Spend Smart
Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com