Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelola Mal Minta Kenaikan Tarif Listrik Oktober Dibatalkan

Kompas.com - 09/09/2013, 10:56 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) secara bertahap sejak awal tahun ini mulai memberatkan pengusaha pusat belanja. Lewat Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), para pengusaha ini meminta supaya kenaikan TDL per 1 Oktober 2013 nanti segera dibatalkan.

Handaka Santosa, Ketua Umum APPBI menyatakan pihaknya sudah mengirim surat keberatan ke pemerintah terkait hal ini. "Kami sudah mengirim surat kepada Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)," kata Handaka kepada KONTAN, Minggu (8/9/2013).

Surat yang dikirim tertanggal 4 September 2013 (Rabu) tersebut juga ditembuskan kepada Direktur Utama PT PLN (Persero), Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).

Seperti diketahui, kenaikan TDL telah diberlakukan tiga kali berturut-turut pada 1 Januari 2013, 1 Maret 2013, dan 1 Juli 2013 sehingga kenaikan sudah mencapai 21,88 persen jika dibandingkan dengan 2012. Apabila TDL kembali dinaikkan pada 1 Oktober 2013 nanti, maka kenaikan akan menjadi 27,5 persen.

Dalam salinan surat yang diperoleh KONTAN, Handaka bilang, kenaikan sebesar 27,5 persen sangat memberatkan pengelola pusat belanja.

"Pusat belanja juga terdiri dari trade center yang pengusahanya berasal dari sektor usaha kecil menengah (UKM) dan hanya menggunakan kapasitas 900 volt ampere (Va), namun terpaksa harus mengikuti tarif golongan B3 yaitu lebih dari 200 kilo volt ampere (kVa)," ujarnya.

Selama ini, pengelola pusat belanja membebankan kenaikan TDL kepada peritel dengan cara mengerek service charge. Sejak awal tahun hingga kini service charge sudah naik 10 persen secara rata-rata. Mal di Jabodetabek memasang service charge berkisar antara Rp 70.000 sampai dengan Rp 140.000 per meter persegi (m2) per bulan.

Namun, Handaka pesimistis service charge bisa kembali dinaikkan lantaran peritel juga sudah menjerit. "Kenaikan service charge akan menyebabkan kenaikan harga barang, yang pada akhirnya akan semakin memberatkan konsumen," ujarnya.

Salah satu pengembang pusat pelanja yang sudah menaikkan tarif layanan alias service charge adalah PT Metropolitan Land Tbk (Metland), yaitu sebesar 20 oersen pada April lalu. Namun, kenaikan hanya berlaku untuk mal yang sudah lama beroperasi yaitu Mal Metropolitan Bekasi.

Adapun untuk tarif layanan di mal yang baru beroperasi pertengahan tahun ini, yakni Grand Metropolitan Bekasi tidak akan dinaikkan. Pusat belanja ini menyasar segmen menengah atas. Berbeda dengan Mal Metropolitan Bekasi yang menyasar segmen menengah.

"Peritel di Grand Metropolitan sudah mengeluarkan banyak investasi untuk membuka gerai di sana," kata Olivia Surodjo, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Metropolitan Develpment kepada KONTAN.

Menurutnya, kedua pusat belanja itu mematok tarif layanan sebesar 11 dollar AS hingga 13 dollar AS per m2 per bulan.

Menurut Olivia, listrik merupakan biaya operasional mal yang terbesar selain upah tenaga kerja. Namun imbasnya memang lebih banyak dirasakan oleh peritel atau penyewa pusat belanja.

Meski begitu, Metland masih mengkaji apakah akan kembali menaikkan tarif layanan mal atau tidak Oktober mendatang. "Sepertinya kalau naik dua kali dalam setahun akan memberatkan peritel," ujarnya.

Ini bukan pertama kalinya APPBI mengirim surat keberatan pada Kementerian ESDM dan PLN. APPBI telah mengirim surat senada pada 11 Desember 2012 dan 3 Januari 2013, namun tidak ada tindak lanjut. (Adisti Dini Indreswari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com