Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Jeblok, Menkeu: Amerika Serikat Tidak Salah

Kompas.com - 09/09/2013, 18:31 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pelemahan rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi selama ini bukan disebabkan isu penghentian stimulus fiskal dari Amerika Serikat (AS) saja, yang menyebabkan dana asing kabur dari pasar domestik.

Dalam pertemuan G-20 di Rusia akhir pekan lalu, Chatib juga mendengar pemaparan Presiden AS Barack Obama soal rencana dari bank sentral AS ini. Chatib pun menangkap apa yang disampaikan oleh orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut.

"Ini yang menurut saya masuk akal, jadi negara berkembang harus menyelesaikan isu domestiknya dulu, jangan hanya menyalahkan AS (yang akan menghentikan program stimulus fiskalnya)," kata Chatib saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Senin (9/9/2013).

Ia pun mengakui bahwa masalah domestik yang memengaruhi pelemahan rupiah dan IHSG selama ini adalah pengaruh dari rencana penghentian stimulus fiskal dari The Fed serta defisit neraca perdagangan.

Dua masalah ini yang akan menjadi fokus bagi pemerintah dalam mencari solusi agar rupiah dan IHSG bisa bangkit kembali. Padahal jika dibanding dengan negara lain, kondisi Indonesia bisa dibilang lebih untung karena negara lain sekawasan bisa memiliki hingga tiga masalah, baik rencana penghentian stimulus fiskal, defisit neraca perdagangan, maupun defisit fiskal.

"Jadi memang negara berkembang juga harus mengakui bahwa harus meng-address isu itu. Saya kira respons Presiden Obama itu cukup bijaksana," tambahnya.

Salah satu pesan dari Obama yang diingat Chatib adalah pemerintah negara mana pun harus membuat kebijakan yang tidak berdampak negatif ke negara lain, apalagi negara tujuan perdagangannya.

Oleh karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat kebijakan keep buying strategy dan mengantisipasi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada buruh.

Negara lain, atas sikap Presiden AS itu, juga bertindak serupa. Misalnya seperti India dan Turki yang mengalami depresiasi nilai tukarnya yang lebih tinggi. Presiden Obama mengingatkan agar kebijakan itu bisa disinergikan dengan negara lainnya untuk mengurangi sentimen negatif di negara sekawasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com