Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyeksi Permintaan Naik, Harga Minyak Dunia Tambah Mahal

Kompas.com - 13/09/2013, 07:47 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak dunia naik pada Kamis (12/9/2013) waktu setempat, (Jumat pagi WIB), setelah Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan proyeksi permintaan global untuk tahun depan.

Analis menyebutkan, ketidakpastian geopolitik atas solusi diplomatik untuk dugaan penggunaan senjata kimia oleh Suriah terhadap warga sipilnya sendiri, mendukung pasar minyak.
   
Kontrak acuan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, bertambah 1,04 dollar AS menjadi ditutup pada 108,60 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX).

Kontrak utama Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, melonjak 1,13 dollar AS menjadi menetap di 112,63 dollar AS per barel di perdagangan London.

"Pertumbuhan permintaan menambah kecepatannya pada tahun depan setelah bertahan stabil untuk 2013," Badan Energi Internasional mengatakan dalam laporan bulanannya.

"Tingkat pertumbuhan global diperkirakan akan meningkat menjadi 1,1 juta barel per hari (mb/d) pada 2014, karena latar belakang ekonomi makro yang mendasarinya kian mantap," kata IEA.

Badan ini memproyeksikan  pertumbuhan permintaan pada tahun ini akan tetap datar di 895.000 barel per hari, mengutip pengiriman minyak yang lebih kuat dari perkiraan pada Juli, yang mengimbangi kekhawatiran tentang dampak pada permintaan dari fluktuasi mata uang di negara-negara berkembang.

"Depresiasi cepat banyak mata uang negara berkembang sejak kuartal pertama 2013, jika berkelanjutan, dapat mempengaruhi permintaan minyak," IEA memperingatkan.

Pasar juga terus mengawasi potensi serangan militer  pimpinan AS di Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia, yang prospeknya tampak berkurang oleh rencana Rusia untuk menahan senjata-senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional.

"Harga minyak telah naik kembali di atas tanda 112 dollar AS per barel ... karena ancaman tindakan militer terhadap Suriah terus mendukung harga," kata pedagang energi Gary Hornby di konsultan Inenco yang berbasis di Inggris.

"Dengan AS dan Rusia terus berbeda atas resolusi konflik Suriah, dan penyerahan senjata kimia masih belum pasti, tetap ada premi risiko besar saat ini."
     
Analis minyak Fawad Razaqzada di perusahaan perdagangan GFT mengatakan bahwa itu tampak semakin tidak mungkin bahwa AS akan melancarkan serangan militer terhadap Suriah, mengingat fakta bahwa Suriah telah mengumumkan akan menyerahkan pengawasan atas senjata kimianya.

"Namun Presiden Barack Obama telah terus membuka opsi serangan jika inisiatif diplomatik gagal," katanya.

Hal ini, lanjutnya, mungkin membantu mempertahankan tingkat harga, seperti situasi yang sedang berlangsung di Libya. Terlepas dari risiko geopolitik, keadaan pasokan dan permintaan menunjukkan harga minyak yang lebih rendah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com