Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Rupiah Anjlok, Pengusaha Makanan Segera Kerek Harga Jual

Kompas.com - 17/09/2013, 07:32 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pelemahan nilai tukar rupiah semakin membebani pelaku industri makanan dan minuman. Setelah menghitung kenaikan ongkos produksi, kemungkinan pelaku bisnis bakal mengerek harga makanan dan minuman dalam waktu dekat.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani bilang, untuk mengimbangi kenaikan beban produksi, strategi menaikkan harga jual bisa menjadi salah satu alternatif solusi. "Kenaikan harga makanan dan minuman sekitar 5 persen-10 persen," katanya, Senin (16/9/2013).

Menurut Franky, kenaikan harga jual produk makanan dan minuman ini akan mulai direalisasikan di akhir kuartal III-2013 hingga awal kuartal IV-2103. Artinya, kenaikan harga makanan dan minuman bakal terjadi sekitar akhir September-Oktober 2013.

Franky bilang, strategi menaikkan harga jual produk makanan dan minuman dilakukan pebisnis setelah efisiensi dan penghematan ongkos produksi sudah dilakukan secara maksimal. Maklum saja, sekitar 70 persen dari kebutuhan bahan baku industri makanan dan minuman masih diimpor.

Franky bilang, dampak terbesar dari pelemahan nilai tukar dialami oleh industri bahan makanan yakni tepung terigu. Pasalnya, gandum yang menjadi bahan baku tepung terigu masih harus diimpor.

Nah, peningkatan beban yang dialami industri terigu otomatis bakal berimbas pada industri makanan olahan yang berbahan baku tepung terigu. Industri lain yang juga terpukul pelemahan rupiah adalah industri makanan berbahan baku daging sapi dan industri minuman yang berbahan baku sari buah impor. Sebab, "Industri kita masih butuh banyak impor pemanis," kata Franky.

Sebelumnya Direktur Utama Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Joko Mokoginta bilang, perusahaan mulai merasakan dampak pelemahan rupiah. Tiga Pilar harus menghadapi kenaikan beban ini karena sebagian besar bahan baku seperti terigu dan gandum masih diimpor.

Opsi meningkatkan harga jual pun menjadi langkah yang sedang dipertimbangkan oleh perusahaan. "Kami mencari cara untuk dapat menyeimbangkan kenaikan harga bahan baku sehingga margin dapat terjaga," ungkap Joko belum lama ini. (Tendi Mahadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com