Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukmariyah, Tukang Jahit Perintis Koperasi bagi UMKM

Kompas.com - 17/09/2013, 20:32 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kondisi perkampungan yang agak terbelakang, dan banyak warga yang menjadi penganggur, membuat Sukmariyah rela berjalan berkeliling kampung untuk menjajakan programnya.

Keinginannya sederhana, ingin meningkatkan pendapatan warga dan mengusahakan agar masyarakat bisa mengakses dana perbankan. Sukmariyah, ibu rumah tangga berusia 32 tahun, tinggal di kampung Rancagede Kaler, Desa Munjul, Kecamatan Solear, Tangerang.

Meski lokasinya tidak jauh dari ibu kota Jakarta, ternyata banyak masyarakat di sana yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Banyak wanita di kampungnya yang terpaksa nikah muda. Bahkan, kebanyakan warga di kampung tersebut hanya lulusan sekolah dasar (SD).

Kondisi inilah yang menggerakkan Sukmariyah untuk bisa memberdayakan ibu rumah tangga di kampungnya sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya.

Tukang jahit Sukmariyah awalnya hanya berprofesi sebagai tukang jahit konveksi, baik menjahit seragam sekolah, seragam PNS, hingga menjahit sepatu hasil pesanan pengusaha lain. Usaha ini sudah dilakoninya sejak tahun 2004. Usaha tersebut pun kian membesar.

Namun, usahanya masih bersifat rumahan. Usaha dikerjakan sendiri ataupun mempekerjakan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Seiring berjalannya waktu, warga di sekitar rumah Sukmariyah iri dan ingin belajar usaha konveksi itu.

"Awalnya banyak warga yang pinjam duit ke saya, sedikit demi sedikit, untuk usaha konveksi. Saya pinjami seadanya karena saya ingin membantu," kata Sukmariyah.

Namun karena niatnya tulus ingin membantu, usaha konveksi milik Sukmariyah ini terus berkembang pesat. Kegiatannya meminjamkan uang ke tetangga juga terus dilakoni.

Bagi Sukma, panggilan akrabnya, kesuksesan ini juga harus ditularkan ke orang lain sehingga bisa memenuhi keinginannya sejak lama, yaitu bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar rumahnya.

Membentuk koperasi

Awalnya, ide usaha untuk membentuk koperasi tersebut hanya sebuah kebetulan. Sebab, setiap hari Sukma sudah terbiasa meminjamkan uang ke warga sekitar, baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun untuk mengembangkan usaha konveksi masing-masing.

"Masyarakat itu kalau disuruh ke bank rasanya berat sekali; apalagi kalau sudah ditanya, jaminannya apa, usahanya apa. Orang jadi takut duluan mau pinjam dana. Padahal, bunga pinjam dana berapa pun, itu akan dibayar, asal bisa pinjam duit cepat," kenangnya.

Dengan kondisi itu, wanita lulusan S-1 Ekonomi Manajemen Uhamka Jakarta tersebut lantas memberanikan diri membuat koperasi kecil-kecilan, meski belum dilembagakan. Keinginannya cuma satu, ingin memberi akses dana perbankan ke masyarakat dengan cepat.

Alhasil, Sukma kemudian ikut pelatihan, menjadi tenaga magang di koperasi hingga tanya-tanya ke dinas yang berkaitan dengan usaha kecil dan fakir miskin.

Pada Maret 2010, Sukma mendapat informasi dari Dinas Sosial Kabupaten Tangerang bahwa ada program dari Kementerian Sosial untuk fakir miskin dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KuBe).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com