Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Bunga Murah Segera Berakhir, Uang Semakin Ketat

Kompas.com - 18/09/2013, 07:46 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Masa-masa suku bunga perbankan rendah, yakni satu angka atau di bawah 10 persen, akan segera berakhir. Tingginya inflasi, kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 150 basis poin dalam empat bulan terakhir, dan melemahnya rupiah memicu kenaikan suku bunga.

Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono memperkirakan, suku bunga pinjaman perbankan akan segera menuju dua angka atau 10 persen lebih. ”Lupakan suku bunga pinjaman satu angka. Rata-rata suku bunga pinjaman sekitar 12 persen,” kata Sigit di Jakarta, Selasa (17/9/2013).

BI Rate sebesar 5,75 persen bertahan dari Februari 2012 hingga Mei 2013. Pada Juni 2013, Bank Indonesia menaikkan BI Rate, menghadapi ekspektasi inflasi yang tinggi pada akhir tahun ini.

Sementara itu, di tempat terpisah, Thomas Olsen dari Bain & Company, lembaga riset bisnis global, mengatakan, gejolak ekonomi belakangan ini yang berdampak terhadap suku bunga, nilai tukar, dan pertumbuhan masih akan berlangsung hingga 2-3 triwulan ke depan. Meskipun demikian, mereka yakin fundamental ekonomi Indonesia kuat.

Bank Indonesia memperkirakan, inflasi pada akhir tahun 2013 berkisar 9-9,8 persen. Menghadapi tekanan inflasi mendatang, saat ini, BI Rate 7,25 persen. Suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 7 persen untuk simpanan rupiah di bank umum.

Menurut Sigit, suku bunga pinjaman akan naik secara bertahap. Diperkirakan suku bunga untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) naik terlebih dulu, karena suku bunganya dinilai paling murah saat ini. Meski demikian, kenaikannya diperkirakan tidak terlalu tajam karena persaingan bank di kedua kredit ini cukup ketat.

Beberapa bank juga sudah mulai menaikkan suku bunga kredit korporasi bergantung pada risiko korporasi itu. Namun, rata-rata suku bunga sekitar 11 persen.

Suku bunga bank yang diberlakukan bagi nasabah menggunakan patokan suku bunga dasar kredit (SBDK) ditambah faktor risiko. Ada sejumlah unsur yang diperhitungkan dalam SBDK, di antaranya biaya dana, biaya operasional, dan margin.

BRI dan BNI, misalnya, menaikkan suku bunga kredit secara selektif. Bank Mandiri menaikkan bunga kredit bertahap yang diprioritaskan untuk kredit yang suku bunganya masih murah.

Secara terpisah, ekonom LPS, Doddy Ariefianto, mengatakan, pertumbuhan kredit untuk sejumlah sektor mulai turun. Penurunan kredit ini sesuai kondisi sektor tersebut di tengah kondisi ekonomi saat ini. (IDR/MAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com