Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Belum Terlambat Bangun Kilang Minyak

Kompas.com - 22/09/2013, 12:01 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia belum terlambat untuk membangun kilang minyak, sepanjang ada kemauan dari pemerintah.

"Alasan pemerintah dan Pertamina karena keuntungan membangun kilang lebih kecil dari sektor hulu," ungkap pengamat perminyakan Kurtubi saat dihubungi Kompas.com, pada Minggu (22/9/2013) pagi.

Ia mengatakan, ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak (BBM) impor dari Singapura disebabkan kapasitas kilang minyak yang ada saat ini di bawah kapasitas yang dibutuhkan.

Akibatnya, meskipun semua kilang-kilang minyak itu beroperasi penuh, BBM yang dihasilkan jauh di bawah kebutuhan. Sebagai informasi, sejak resmi berdiri pada 1957, PT Pertamina (Persero) hanya memiliki enam unit kilang minyak, dengan kapasitas 1,05 juta barel per hari (bph).

Keenam kilang tersebut yakni Kilang Dumai, Kilang Plaju, Kilang Balikpapan, Kilang Cilacap, Kilang Balongan dan Kilang Sorong. Dari total kapasitas, kilang-kilang minyak hanya mampu memproduksi BBM sebanyak 700.000-800.000 barel per hari.

Sementara itu, konsumsi BBM Indonesia saat ini mencapai 1,5 juta-1,6 juta bph dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Ini sangat disayangkan, termasuk salah satu kegagalan pemerintah karena selama berkuasa hampir 10 tahun ini tidak ada dibangun kilang minyak yang baru, padahal semua orang tahu, kalau konsumsi BBM terus meningkat," imbuhnya.

Sebelumnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (18/9/2013), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mengakui margin yang rendah menjadi salah satu penghambat pembangunan kilang-kilang minyak tersebut.

Namun, ditemui usai rapat, ia mengaku kepada wartawan, Indonesia telat jika mulai membangun kilang minyak tahun depan, harusnya tahun ini. Kurtubi menjelaskan pemerintah selama ini lebih senang mengimpor daripada membangun kilang minyak, lantaran sektor hulu dinilai lebih menguntungkan.

Sektor hulu yang dimaksud adalah eksplorasi minyak, dimana memiliki margin yang besar. "Harga minyaknya tinggi, harga produksinya relatif rendah," tuturnya.

Menurutnya, yang tidak menjadi pertimbangan pemerintah adalah manfaat lain dari pembangunan kilang minyak. Pertama, dengan adanya kilang, ketergantungan BBM impor akan berkurang, dan akan memperkuat ketahanan energi nasional. Kedua, menciptakan lapangan pekerjaan.

"Margin refinary relatif kecil dibanding sektor hulu, tapi mustahil rugi," pungkasnnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com