Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Global Turun Lagi

Kompas.com - 24/09/2013, 09:20 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber Antara,
LONDON, KOMPAS.com — Harga minyak dunia kembali jatuh, Senin (23/9/2013), karena para pedagang beralih dari fokus manufaktur positif di China ke prospek kelanjutan stimulus ekonomi Amerika Serikat. China adalah konsumen energi terbesar dunia, sementara Amerika adalah pengguna minyak mentah paling banyak dibandingkan negara mana pun. Isu Suriah juga masih jadi perhatian pasar.

Harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November 2013, turun 1,04 dollar AS menjadi 108,18 dollar AS per barrel pada akhir transaksi di London, Inggris. Sementara untuk kontrak utama di New York, harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2013, turun 91 sen menjadi 103,84 dollar AS per barrel.

Mencerminkan pola pada pasar ekuitas, harga minyak turun karena perhatian pasar sedang beralih ke kebijakan moneter Amerika. The Federal Reserve atau bank sentral AS pekan lalu mengejutkan pasar dengan melanjutkan kucuran stimulus 85 miliar dollar AS per bulan untuk merangsang ekonomi terbesar dunia itu.

"Perekonomian masih membutuhkan dukungan dari kebijakan moneter yang sangat akomodatif," kata Gubernur Bank Sentral New York, William Dudley, dalam sebuah pidato, Senin (23/9/2013). "Kami belum melihat kenaikan yang berarti dalam kemajuan momentum ekonomi," kata dia.

Sebagaimana pernyataan The Fed, Dudley mengatakan masih butuh informasi yang membuat The Fed percaya diri bahwa perbaikan ekonomi Amerika memang berkelanjutan. "Yang membuat saya nyaman bahwa waktunya telah tiba untuk memotong laju pembelian aset," tambahnya.

Stimulus The Fed memang dikucurkan untuk membeli obligasi negara, dengan harapan uang masyarakat berputar di pasar keuangan. Pembelian obligasi negara oleh The Fed akan menaikkan harga dan mengurangi imbal hasil kupon obligasi, sehingga harapannya, para pemilik uang tak terlalu berminat menempatkan dana di surat utang itu.

Senin pagi, raksasa perbankan global HSBC mengatakan bahwa indeks pembelian manajer (PMI) pendahuluan untuk aktivitas manufaktur di China mencapai 51,2 pada September, tertinggi sejak Maret ketika indeks berada pada 51,6. Angka tersebut melebihi indeks bulan lalu di level 50,1 yang itu pun sudah meningkat pesat dari posisi terendah selama 11 bulan di level 47,7 pada Juli 2013.

Angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, sementara berapa pun angka di bawah "batas" itu mengindikasikan terjadinya kontraksi ekonomi. "Ada sentimen positif tentang permintaan minyak mentah di China, khususnya karena Pemerintah China memberikan dukungan di pasar uang dan memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk menambah kecepatan mereka," ujar Kenny Kan, analis pasar di CMC Markets mengatakan kepada AFP.

Otoritas China sejauh ini enggan mengambil langkah stimulus berskala besar, tetapi pada akhir Juli 2013 mendadak mengumumkan beberapa kebijakan untuk mendorong pertumbuhan. Di antara langkah itu adalah mengurangi pajak atas perusahaan kecil serta mendorong pembangunan industri dan jaringan kereta api.

Selain faktor China dan Amerika, para investor juga masih memantau ketat perkembangan situasi di Suriah, menyusul tudingan bahwa Amerika sudah memfitnah Moskwa terkait resolusi Suriah yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Minggu (22/9/2013).

Washington dan Moskwa pada bulan ini menyetujui kesepakatan untuk melucuti senjata kimia Suriah dan mencegah serangan militer Barat terhadap negara itu. "Komentar Lavrov menyatakan kemungkinan masih ada kemacetan dalam memecahkan masalah Suriah di tingkat PBB," kata Kan.

Investor khawatir bahwa setiap serangan militer sebagai "hukuman" untuk Suriah terkait penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil akan menggoyahkan Timur Tengah yang kaya minyak mentah dan menyebabkan harga minyak melonjak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com