Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Pajak Pertambangan Anjlok 25,66 Persen

Kompas.com - 30/09/2013, 07:27 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - 
Realisasi penerimaan pajak masih jauh dari target. Sektor yang mengalami penurunan paling dalam adalah pertambangan dan penggalian.

Realisasi penerimaan pajak hingga 24 September 2013 sebesar Rp 616,080 triliun atau baru 61,95 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 Rp 995,2 triliun.

Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 6,02 persen dari realisasi yakni sebesar Rp 37,11 triliun. Pencapaian ini dibanding periode yang sama tahun 2012 lalu turun 25,66 persen, di mana sektor ini pada 2012 mencapai Rp 49,92 triliun.

Melemahnya penerimaan di sektor pertambangan ini akibat lesunya ekspor yang disebabkan menurunnya harga komoditas. "Penerimaan pajak di sektor ekspor belum baik," terang Dirjen Pajak Fuad Rahmany pekan lalu.

Setelah pertambangan, selanjutnya penerimaan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Hanya saja, penurunannya tidak sedalam sektor tambang, yaitu hanya 7,72 persen dibanding tahun 2012 lalu. Hingga 24 September 2013, penerimaan di sektor ini mencapai Rp 10,91 triliun. Di tahun lalu, penerimaannya Rp 11,82 triliun.

Dirjen Pajak Fuad Rahmany menjelaskan realisasi penerimaan pajak di tahun ini memang berat. Salah satu sektor yang susah untuk dikejar realisasinya adalah pertanian. "Karena pelaku-pelaku ekonomi di sana kecil jadi susah," ujar Fuad, Jumat lalu (27/9/2013).

Di sektor lai yang mengalami pertumbuhan pesat adalah real estate. Sektor ini hingga 24 September 2013 penerimaannya mencapai Rp 14,24 triliun atau tumbuh 32,52 persen dibanding 2012.

Perdagangan mengalami pertumbuhan namun lambat. Perdagangan besar dan eceran hingga 24 September realisasinya Rp 80,91 triliun, tumbuh 10,57 persen dibanding 2012. Di 2012, realisasi mencapai Rp 73,18 triliun.

Nah, apabila dibanding dengan tahun 2011, penerimaan 2012 yang mencapai Rp 73,18 triliun itu naik 20,38 persen.

Daya beli masyarakat lemah

Lambatnya penerimaan ini, dinilai Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro sebagai akibat dari kemungkinan daya beli masyarakat yang menurun.

"Meskipun secara pertumbuhan masih tinggi," tandas Bambang.

Pengamat Perpajakan dari Universitas Indonesia Darussalam menilai menurunnya penerimaan di sektor pertambangan memang dipicu pelemahan ekspor. Terlebih, sektor tambang adalah salah satu sektor yang memberikan sumbangan pajak terbesar selama ini.

Berbagai sektor yang mengalami perlambatan pun jelas mempengaruhi penerimaan. "Karena lemahnya konsumsi berpengaruh pada penerimaan tingkat PPN (Pajak Pertambahan Nilai)," terang Darussalam.

Secara garis besar, Darussalam menilai penerimaan pajak di tahun ini akan berat untuk mencapai target. Apabila bisa mencapai nilai yang sama dengan tahun 2012 saja sudah sangat baik.

Hingga akhir 2012 realisasi penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp 930,5 triliun atau 96,1 persen dari target APBNP 2012 sebesar Rp 968,3 triliun. (Margareta Engge Kharismawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com