"Dia tidak akan bisa berkembang kalau hutangnya belum direstrukturisasi. Jadi prioritas Merpati restrukturisasi utangnya dulu," kata Dahlan ditemui usai penandatanganan kontrak kerjasama Garuda Indonesia dengan ATR dan NAC, di Jakarta, Selasa (1/10/2013).
Memang Merpati diharapkan bisa menjangkau kabupaten kota yang memiliki bandara dengan runway pendek. Namun, sepengamatan Dahlan, hingga hari ini belum ada perkembangan dari upaya restrukturisasi utang Merpati.
"Kalau ditunjuk Merpati, problemnya masih sangat mendalam tentang utang Rp 6,5 triliun itu," imbuh Dahlan.
Sebagai informasi, Merpati memiliki utang ke sejumlah perusahaan meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dengan jumlah sekitar Rp 6,5 triliun.
Sebenarnya pemerintah berupaya memberikan suntikan dana hingga Rp 561 miliar dari APBN hingga akhir 2011. Namun, usulan suntikan tambahan sebesar Rp 250 miliar pada tahun 2012 tidak terealisasi hingga saat ini.
Kementerian BUMN lantas membentuk tim restrukturisasi untuk mengembangkan Merpati agar maskapai tersebut bisa mandiri dan mampu menaikkan pendapatan operasionalnya. Namun ternyata hingga saat ini, operasional Merpati belum mampu untung tinggi.
Kabar terakhir, manajemen Merpati berupaya melakukan restukturisasi dengan menukar utang dengan saham perseroan. Nantinya saat perseroan melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), saham ini akan dilepas ke pasar sehingga perseroan bisa membayar utangnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.