KOMPAS.com
- Salah satu hal yang membayangi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC pekan depan adalah negosiasi terpisah seputar kesepakatan zona perdagangan bebas Kemitraan Trans-Pasifik atau TPP. Tidak semua anggota APEC mengikuti TPP.

Hal tersebut memunculkan pertanyaan apakah TPP akan menjadi batu penghalang bagi tercapainya tujuan utama APEC di masa depan, yakni Perjanjian Perdagangan Bebas Asia Pasifik
(FTAAP).

Ini adalah salah satu pertanyaan yang diajukan Kompas kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjelang kehadirannya di forum KTT APEC, 7-8 Oktober mendatang. Jepang resmi menjadi mitra negosiasi TPP sejak Juli lalu.

Berikut ini kutipan wawancara khusus tersebut:

Di tengah perbedaan kedudukan negara-negara anggota APEC terkait dengan TPP, apakah Jepang berpendapat bahwa kerja sama APEC harus dilanjutkan dan bagaimana seharusnya?

”Kawasan APEC yang menghasilkan separuh dari produk domestik bruto dunia merupakan mesin penggerak pertumbuhan dunia yang eksistensinya akan terus bertambah besar.

Kerja sama ekonomi di kawasan ini, seperti TPP, RCEP (Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional), FTAAP, dan lain-lain, adalah kerangka dari peraturan perdagangan dan investasi yang baru untuk masa depan yang lebih cerah dalam mendorong liberalisasi perdagangan dan investasi, sehingga merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi di kawasan ini, termasuk Jepang.

APEC, yang menetapkan tahun 2020 sebagai tahun pencapaian Bogor Goals dengan tujuan liberalisasi perdagangan dan investasi, sejak tahun 1989 juga telah melakukan langkah-langkah yang mengarah kepada liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik, yaitu menuju perwujudan FTAAP.

Ciri khas dari upaya dalam kerangka APEC adalah kerja sama regional yang terbuka dan spontan, dan kemitraan ekonomi yang erat dengan dunia bisnis. Upaya ini, dengan cara khas APEC, merupakan pendorong kerja sama ekonomi bilateral maupun ekonomi regional, dan menurut pendapat saya, bagi APEC sendiri, akan menjadi pendekatan yang sangat penting yang harus dilanjutkan.”

Hubungan bilateral

Bagaimana strategi jangka panjang hubungan kerja sama perekonomian Jepang-ASEAN, dan Jepang-Indonesia?

Jepang sangat mementingkan penguatan kerja sama di bidang ekonomi dengan Asia Tenggara yang berperan sebagai ”Growth Center” abad ke-21. Saya berpendapat, dengan mendukung pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, akan dapat turut mendukung perkembangan perindustrian kawasan ASEAN dan kebangkitan perekonomian Jepang itu sendiri.

Lawatan saya ke negara-negara ASEAN sejak saya dilantik sebagai Perdana Menteri bulan Desember lalu juga karena ingin mewujudkan tujuan ini.

Tahun ini merupakan tahun yang menandai peringatan 40 tahun hubungan persahabatan Jepang-ASEAN, dan pada bulan Desember mendatang, para pemimpin negara-negara ASEAN akan kami undang ke Jepang dan kita akan berdiskusi mengenai visi yang menentukan arah masa depan hubungan Jepang-ASEAN termasuk penguatan yang lebih pada hubungan kerja sama ekonomi Jepang-ASEAN, dan kami akan menunjukkan hal ini kepada dunia.

Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia adalah ”mitra strategis” Jepang yang telah berbagi nilai-nilai mendasar dan berbagai keuntungan strategis, berlandaskan sejarah persahabatan dan kerja sama yang panjang.

Kami ingin meningkatkan hubungan kerja sama perekonomian bilateral karena hal ini merupakan landasan untuk mendukung hubungan strategis seperti ini.

Saat ini banyak perusahaan Jepang yang memandang Indonesia sebagai tujuan investasi yang menjanjikan. Investasi langsung dari Jepang di tahun 2012 mencapai 2,46 miliar dollar AS (peringkat ke-2 di dunia) yang berkontribusi bagi pengembangan industri dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia, sehingga bagi kedua negara, ini merupakan sesuatu yang saling menguntungkan.

Kebijakan Jepang adalah mendukung perbaikan iklim investasi Indonesia sehingga mendorong kemajuan perusahaan Jepang. Demi perluasan investasi yang lebih lagi, dengan mengetahui bahwa fasilitas infrastruktur di wilayah metropolitan Jakarta adalah isu yang mendesak, maka untuk selanjutnya Jepang akan memberikan bantuan untuk itu. (RLP/DHF/WAS)