Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Komentar Bank Dunia soal Demo Buruh di Indonesia

Kompas.com - 07/10/2013, 13:33 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Dunia menilai demo buruh yang marak terjadi di Indonesia sebagai sesuatu yang manusiawi. Namun, untuk memenuhi tuntutan itu, harus dibarengi peningkatan produktivitas.

Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menyatakan, kenaikan upah minimum memang harus sesuai dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, kenaikan upah minimum itu juga harus konsisten dengan kenaikan produktivitas buruh.

"Harus dilihat juga sektornya. Karena jika tidak, hanya menimbulkan trouble dalam bisnis dan menimbulkan PHK," jelasnya, Senin (7/10/2013).

Ia mengatakan, peningkatan produktivitas tersebut akan berdampak positif terhadap pengusaha dan perekonomian. Buruh pun juga tak kehilangan pekerjaan.

Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini sejumlah serikat buruh dan federasi marak menggelar aksi menuntut upah minimun sebesar 50 persen pada 2014. Menurut massa aksi dan organisasi yang menaungi mereka, 60 item kebutuhan hidup layak (KHL) sudah tak sesuai, dan seharusnya ditambah menjadi 84 item KHL.

Massa aksi dan organisasi yang menuntut kenaikan upah minimum acap kali berdalih bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbesar kedua di dunia dengan pendapatan domestik bruto terbesar ke-16.

Selain itu, pemerintah juga dituding melakukan kongkalikong dengan asosiasi pengusaha untuk melanggengkan kebijakan upah murah. Di sisi lain, pengusaha mengeluhkan kenaikan tarif dasar listrik serta adanya depresiasi nilai tukar rupiah atas dollar AS.

Sebagai informasi, Bank Dunia baru saja merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur-Pasifik. Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 mengalami perlambatan menjadi 5,6 persen, dari yang tadinya 6,2 persen pada 2012. Sementara itu, pada 2014 mendatang, pertumbuhan ekonomi kembali diprediksikan melambat menjadi 5,3 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com