Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara BTN Kurangi Kredit Bermasalahnya

Kompas.com - 14/10/2013, 15:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk akan menekan tingkat kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) akhir tahun ini menjadi 3,1 persen atau turun jika dibandingkan NPL Juni 2013 sebesar 4,63 persen.

Direktur Keuangan BTN Saut Pardede mengatakan, salah satu strategi untuk menekan tingginya NPL adalah dengan memberikan kesempatan kepada nasabah melakukan penjadwalan ulang pembayaran kredit.

Menurut Saut, kredit bermasalah tetap bernilai penting bagi BTN. Sebab, 86 persen dari total kredit sebesar Rp 92 triliun berupa rumah dan tanah. Nah, setiap tahun, harga tanah maupun rumah selalu naik sehingga perseroan tetap mendapat untung dari hasil penjualan aset bermasalah.

"Rata-rata nilai jual (aset bermasalah) sekitar 130 persen dari nilai utang," kata Saut di Jakarta, akhir pekan lalu. Selain NPL, pada portofolio kredit perumahan, BTN juga mencatat kenaikan NPL di kredit usaha rakyat (KUR).

Berdasarkan data Komite KUR, BTN mencatat tingkat NPL mencapai 12,4 persen dari outstanding sebanyak Rp 2,1 triliun per Agustus 2013. Padahal, per Januari 2013, tingkat NPL KUR perseroan tercatat 7,1 persen dari outstanding Rp 1,9 triliun.

Tingginya NPL pada kredit KUR membuat BTN lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Bank memperketat verifikasi jumlah plafon dan kegiatan usaha calon debitur. Cara ini diharapkan bisa melakukan mitigasi kredit bermasalah sehingga bisa diberikan secara tepat jumlah dan tepat sasaran.

"Kami tidak ingin NPL tinggi meskipun ada jaminan dari pemerintah," jelas Saut. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan, kenaikan bunga cenderung mendorong kenaikan NPL, apalagi kenaikan bunga dilakukan saat ekonomi berjalan melambat.

"Dari hasil stress test, semua bank baik besar, menengah, dan kecil mengalami kenaikan, tapi sedikit sekali," katanya. Ia menambahkan, kenaikan NPL tidak melampaui 10 basis poin.

Menurut Halim, kenaikan NPL didominasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). BI tetap akan mewaspadai kenaikan NPL di segmen UMKM akibat perlambatan di beberapa sektor seperti komoditas yang terpukul karena penurunan harga. (Dea Chadiza Syafina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com