Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Shutdown", AS Kehilangan Pendapatan Rp 1,84 Triliun Per Hari

Kompas.com - 14/10/2013, 18:49 WIB
Didik Purwanto

Penulis

Sumber Bloomberg

JAKARTA, KOMPAS.com — Perusahaan riset pasar global, IHS Inc, yang berbasis di Massachusets, AS, merilis laporan bahwa penghentian layanan pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat berdampak pada kehilangan pendapatan kantor-kantor di AS rata-rata sekitar 160 juta dollar AS (sekitar Rp 1,84 triliun) setiap hari.

Seperti dikutip dari Bloomberg, kerugian tersebut akibat penutupan kantor akibat penghentian layanan pemerintahan AS. Padahal, potensi ekonomi yang berputar setiap hari di AS mencapai 15,7 triliun dollar AS setiap hari.

Berdasarkan laporan tersebut, selama delapan hari setelah penghentian layanan pemerintahan AS, kantor-kantor di AS berpotensi kehilangan pendapatannya hingga 1,6 miliar dollar AS.

Sekadar catatan, shutdown pemerintahan AS ini juga menyebabkan beberapa perusahaan besar dan kecil terpaksa memangkas untung perusahaan hingga ke level terkecilnya. Tentu saja hal ini akan berdampak pada pelambatan ekonomi negara adidaya tersebut.

Imbasnya lagi, indeks Standard & Poor 500 hampir mencatatkan level terendahnya selama satu bulan terakhir serta dari jajak pendapat Gallup yang dirilis 4 Oktober menunjukkan kepercayaan konsumen pada pemerintahan AS telah turun ke titik terendah sejak Desember 2011.

Namun, dari sekitar 800.000 karyawan yang diberhentikan sementara akibat shutdown tersebut, kini sudah ada 350.000 karyawan yang dipekerjakan kembali, dengan jadwal pembayaran tetap. Begitu juga dengan karyawan militer aktif di sana.

Di sisi lain, shutdown Pemerintah AS ini juga memaksa perusahaan yang menjadi anggota Asosiasi Kontraktor Nasional AS menunda perekrutan karyawan karena masalah kebuntuan bisnis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com