Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahlan: Keuntungan Inalum, Sampai Ngiler Saya

Kompas.com - 22/10/2013, 10:54 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Selain dapat memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri, akuisisi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) oleh Indonesia atas Jepang memberikan keuntungan lain. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan, Inalum menyimpan potensi energi yang amat besar, dengan harga efisien.

"Inalum itu di dalamnya ada pembangkit listrik sebesar 600 megawatt (mw), yang harga listriknya sangat murah, hanya sekitar 3 sen dollar AS," katanya Senin (21/10/2013) malam, di Senayan, Jakarta, seusai rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.

"Misalnya kelak orang enggak mau gunakan aluminium, dari pembangkit listriknya untungnya besarnya bukan main. Kalau dijual ke PLN, 6 sen itu untungnya sudah bertriliun-triliun," lanjut mantan Dirut PLN itu.

Dahlan mengatakan, harga listrik Inalum bisa sangat murah lantaran biaya investasinya sudah kembali. Selain itu, bahan bakunya dari air yang bersumber di Danau Toba. "Itu 600 mw besar sekali dan murah sekali," ujarnya.

Namun, Dahlan memastikan tetap akan meneruskan Inalum sebagai perusahaan aluminium, bukan pembangkit listrik. Hal itu dikarenakan Inalum sejauh ini terus-menerus memanen keuntungan.

Ia menambahkan, jika seandainya pabrik aluminium dibangun di tempat yang dekat dengan sumber batubara, belum tentu keuntungannya sebaik Inalum saat ini. Begitu juga jika pabrik aluminium dibangun di tempat yang dekat dengan sumber gas bumi. "Itulah mengapa Inalum sangat menguntungkan. Karena sumber energinya murahnya luar biasa. Sampai ngiler saya murahnya itu," kata Dahlan.

"Pabrik lain harus beli listrik Rp 1.300. Ini beli listrik cuma Rp 300, coba bayangkan," tambah dia.

Sebagai informasi, saat berkongsi dengan Nippon Asahan Aluminium (NAA), 70 persen hasil aluminium harus dikirim ke Jepang. Maka, ketika Inalum 100 persen menjadi milik Indonesia, konsumen dalam negeri bisa mendapat porsi lebih banyak. Dengan begitu, impor aluminium bisa dikurangi, meski kebutuhan aluminium meningkat akibat pembangunan.

Sementara itu, ditanya apakah nantinya Indonesia akan mengekspor aluminium, Dahlan masih berhitung. "Kita lihat apakah ini cukup untuk kebutuhan dalam negeri, atau tetap diekspor. Nantilah dilihat," ucap Dahlan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com