Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UE: Indonesia Harus Cepat, atau Kehilangan Daya Tarik

Kompas.com - 22/10/2013, 14:24 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia harus cepat mengambil cepat mengambil kesempatan untuk melakukan negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa (UE), sehingga tidak tertinggal oleh negara ASEAN lainnya. 

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN HE Olof Skoog mengatakan, saat ini phaknya telah memulai negosiasi perdagangan di wilayah ASEAN dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam.  Sementara dengan Singapura bahkan telah mencapai kesepakatan dan penandatanganan.

Adapun hubungan dagang bilateral dengan Indonesia belum memasuki negosiasi Comprehensive Economic Partership Agreement (CEPA).  "Kami mencatat perkembangan baik dalam sejumlah negosiasi ini. Kami yakin Indonesia juga akan jadi contoh yang sempurna dalam memulai negosiasi CEPA yang mendalam dan komprehensif," kata Skoog dalam sambutannya di dialog bisnis UE-Indonesia ke-4, di Jakarta, Selasa (22/10/2013).

"Ketika kesepakatan dicapai negara-negara ASEAN, risikonya adalah Indonesia akan kehilangan daya tarik, dan tertinggal dalam hal perdagangan dan investasi UE di kawasan Asia," katanya.

Sebagai informasi, nilai perdagangan UE-Indonesia sepanjang 2012 mencapai 25 miliar Euro, masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti UE-Singapura (52 miliar Euro), UE-Malaysia (35 miliar Euro), dan UE-Thailand (32 miliar Euro).

UE juga menjadi salah satu sumber terbesar investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) bagi Indonesia sepanjang 2004-2010. Namun sayangnya proporsi investasi untuk Indonesia masih kecil, hanya 1,6 persen dari seluruh FDI UE ke Asia, dan hanya 6 persen dari semua investasi UE yang mengalir ke kawasan ASEAN.

Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti optimistis kerjasama perdagangan dengan UE bisa ditingkatkan. Hal itu melihat pada tahun lalu Indonesia menikmati surplus perdagangan hingga 5,7 miliar Euro dengan UE.

Ia juga mengatakan, meski belum terbentuk CEPA pertumbuhan nilai perdagangan setahun terakhir saja mencapai 8,5 persen. Namun, pada tahun ini dimana ada perlambatan ekonomi global, Bayu memperkirakan pertumbuhannya hanya di level 7 persen. "Kami berharap teman-teman bisnis kerjasama bisnisnya jangan sepi. Saat ini belum ada CEPA saja sudah 32-33 miliar dollar AS (nilai perdagangannya). CEPA hanya akan memeperlancar dan mempermudah," kata Bayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com