Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"'Open Access' Diterapkan, PGN Terancam Bangkrut"

Kompas.com - 30/10/2013, 06:04 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Ucok Sky Khadafi mengatakan, dibukanya open access pipa gas bakal menurunkan pendapatan PT PGN, bahkan bisa membuat perusahaan itu pailit.

"Kalau open access dibuka yang terjadi adalah nanti PGN akan mati, karena PGN beda dengan Pertamina yang menguasai dari hulu sampai ke hilir," tegas Ucok dalam diskusi bertajuk "Open Access dan Carut Marut Penanganan Pipa Gas" di Jakarta, Selasa (29/10/2013).

Menurut Ucok, peran PGN selama ini adalah "penghubung". Proses bisnis di PGN adalah membeli gas untuk dijual lagi tanpa memiliki sumur gas sendiri. PGN, imbuh dia, hanya memiliki dua core business gas, yakni distribusi dan transmisi.

"Kalau open access dibuka, ini bisa dibilang nadinya PGN dibuka," kata Ucok. Kegiatan distribusi PGN mencakup pembelian gas dari produsen untuk kemudian didistribusikan ke pelanggan.

Adapun transmisi adalah kegiatan membangun jaringan gas bertekanan tinggi dari lapangan gas milik produsen sampai ke stasiun penyerahan milik konsumen. Dari kegiatan transmisi ini, PGN mendapat upah jasa transportasi gas (toll fee).

Menurut Ucok, jika open access dibuka maka pendapatan PGN dipastikan menurun, bahkan bangkrut. Jaringan pipa yang selama ini dibangun PGN dengan dana mereka akan bisa dipakai bersama perusahaan atau produsen lain dengan tarif yang tak seberapa dibandingkan investasi pembangunan jaringan pipa selama ini.

Hal itu dikarenakan, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertagas (Persero) juga akan menggunakan pipa gas yang sebelumnya dibangun PGN. Bahkan ia memperkirakan PGN akan bangkrut jika tetap ada open access.

Ucok memaparkan data, sebelum penerapan open access saja PGN sudah mengalami penurunan pendapatan. Dari dua core business-nya, sebut Ucok, PGN memperoleh pendapatan sekitar 269,8 miliar dollar AS pada 2012, turun dari 280,2 miliar dollar AS pada 2011.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com