Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwiyono mengatakan, perseroan semula berencana melakukan IPO di semester I-2013. "Namun kondisi pasar saat ini belum kondusif. Kita lihat kondisi di 2015 saja," kata Eko saat konferensi pers di Hotel Kempinski Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Ia menambahkan, perseroan belum menganggap bahwa kondisi saat ini stabil. Apalagi pemegang saham belum menyetujui perseroan melepas saham ke publik. Di sisi lain, jika perseroan sudah IPO, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan kesulitan memberikan suntikan modal karena anggarannya menjadi mahal.
"Pemda ingin memperkuat melalui suntikan modal. Nanti kalau Pemda masuk setelah IPO repot. Jadi mahal," ungkap Eko.
Sebelumnya, ada tiga alasan Bank DKI ingin melakukan IPO. Pertama, untuk menjaga status good corporate governence. Salah satu kunci dari good corporate governence yang baik adalah transparansi laporan keuangan. Dengan melakukan IPO, diharapkan hal itu bisa tercapai.
Alasan kedua adalah untuk mengejar bank BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang sudah melakukan IPO terlebih dahulu. Adapun beberapa BPD yang sudah melakukan IPO, misalnya, Bank BJB dan Bank Jatim pada pertengahan bulan Juli lalu.
"Kami tidak boleh ketinggalan. Kami menyusul Bank BJB, Bank Jatim, yang sudah IPO duluan," katanya.
Alasan ketiga, kata Eko, untuk menjaga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio – CAR) di level 14 persen. Eko mengatakan, saat ini CAR Bank DKI terus digerogoti oleh pertumbuhan kredit Bank DKI yang telah mencapai angka 37 persen pada paruh pertama 2012.
"Sekarang saja, CAR kami masih di level 10,61 persen. Harapan kami, CAR berada di level 14 persen," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.