Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Luwak Diboikot Organisasi Pencinta Binatang

Kompas.com - 31/10/2013, 10:54 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Kopi luwak yang merupakan salah satu kopi produk andalan Indonesia diboikot oleh organisasi khusus yang mengutamakan perlakuan etis terhadap kesejahteraan binatang, People for The Ethical Treatments of Animals (PETA) perwakilan Asia. Organisasi ini menganggap terjadi pelanggaran terhadap luwak saat proses produksi kopi.

PETA telah mengedarkan video investigasi rahasia yang menampilkan satwa luwak yang stres sebelum sari kopinya diambil. Dalam video itu tampak luwak mondar-mandir, berputar-putar, menggigit tiang-tiang kurungan, dan menggelengkan atau menganggukkan kepala mereka. Semua ini adalah indikasi bahwa satwa liar yang ditangkap ini menjadi gila secara psikis akibat dari kebosanan dan depresi.

Jason Baker, Wakil Presiden Operasi Internasional PETA Asia, menuturkan bahwa setelah kampanye itu, lebih dari 50.000 konsumen dari berbagai negara telah melakukan tanda perjanjian dengan PETA untuk tidak membeli produk kopi luwak.

"Beberapa jaringan hotel besar dan para penjual terbesar juga telah berhenti memperjualkan kopi luwak, termasuk Grand Hyatt di Singapura; InterContinental, Hotel Langham, dan Mandarin Oriental di Hongkong; dan cabang pusat perbelanjaan ikonis, Harrods, di Inggris," kata Baker dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/10/2013).

Ia menambahkan, membeli suatu produk yang berasal dari hasil penyiksaan binatang justru menunjukkan bentuk dukungan terhadap penyiksaan tersebut. "Itulah sebabnya banyak konsumen dan perusahaan besar di seluruh dunia menolak segala hal yang berkaitan dengan kopi luwak," tambahnya.

Di alam liar, luwak sering memanjat pohon untuk meraih dan memakan buah kopi matang. Namun di dalam kandang, mereka diberi makan buah kopi dalam jumlah lebih banyak dari yang biasanya mereka konsumsi secara alamiah.

Baker mengklaim mendapatkan pengakuan dari seorang peternak bahwa luwak-luwak pada umumnya tetap dikurung selama maksimal tiga tahun sebelum dilepaskan kembali ke alam habitatnya. Akibatnya, luwak stres karena terkungkung. Kurangnya nutrisi yang diperlukan satwa juga mengakibatkan timbulnya kerontokan bulu.

"Peternak lain pun memberitahukan kepada investigator bahwa beberapa luwak bahkan ada yang tidak bisa bertahan hidup setelah mereka dilepaskan kembali ke alam habitat," tambahnya. (Arif Wicaksono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com