"Jadi untuk perusahaan yang mau investasi di sini jangan melihat Indonesia sebagai sumber tenaga kerja yang rendah biayanya untuk memproduksi sesuatu. Tapi, tolong lihat kalau kita bikin produksi kan ada R&D-nya, ada design, ada testingnya, lihat di situ juga. Karena kita juga mampu, bukan hanya di-assembling (perakitan-red)," ujar Mari ditemui di sela-sela Indonesia Investmen Summit, di Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Sebagai contoh, Mari menyebut desain sepatu Nike sudah dilakukan di Indonesia. Demikian pula dengan desain sepatu Adidas untuk World Cup. Mari juga menyebut beberapa perusahaan arsitektur juga mengerjakan desain di Indonesia.
Dengan alasan tersebut, ia mengatakan Indonesia bisa dijadikan tempat produksi di bidang kreatif. "Apakah animasi, apakah film, apakah kriya, mebel yang bukan mass production, periklanan juga," katanya.
Kendati ada potensi, Mari mengakui industri kreatif di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala, kompetensi dan investasi. Saat ini, beberapa sektor industri kreatif belum memiliki standar kompetensi. "Lain dari pariwisata yang sudah ada 30an standar kompetensi," sebutnya.
Padahal, lanjut Mari, standar kompetensi tersebut penting sebagai instrumen untuk mengevaluasi perkembangan industri kreatif. Selain itu, dengan adanya standar kompetensi para pekerja dan nilai produk industri kreatif lebih dihargai sesuai dengan kompetensinya.
"Industri kreatif seperti perfilman itu, hisg risk high return. Dalam negeri sudah ada tapi masih sedikit juga yang mau membiayai kreatif industri," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.