Hal itu lantaran terjadi perubahan pola konsumsi buntut kenaikan harga BBM pada 22 Juni 2013 lalu. “Jadi ini pertama kali kita punya perkiraan balance of BBM subsidi di bawah target,” ungkap Bambang, di Jakarta, Senin (11/11/2013).
Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral dalam APBN-P 2013 menyatakan volume BBM subsidi hingga akhir tahun ditaksir mencapai 48 juta kiloliter. Nyatanya, akibat kenaikan harga BBM Juni lalu terjadi perubahan pola konsumsi BBM.
Meski beberapa kendaraan roda empat dan lebih lainnya telah beralih ke bahan bakar beroktan tinggi, diakui Bambang, pengguna mobil masih menjadi konsumen terbesar BBM subsidi. Kondisi ini tentu masih perlu diwaspadai mengingat kebutuhan BBM mobil lebih tinggi daripada motor.
“Jadi sekarang begini, yang mendominasi kan mobil. Misalnya, itu pada pindah ke motor, itu kan bisa mengurangi karena konsumsi mobil jauh lebih boros daripada motor,” ujar mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal itu.
“Memang ada yang pindah ke diesel, tapi enggak banyak. Dan memang ada juga yang pakai pertamax, yang nonsubsidi,” imbuhnya.
Namun, meskipun konsumsi BBM bersubsidi ditaksir kurang dari yang ditargetkan dalam APBN-P 2013, anggaran subsidi BBM yang harus dikeluarkan pemerintah masih lebih dari Rp 200 triliun. Hal itu, kata Bambang, disebabkan oleh tekanan kurs.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.