"Upaya perundingan Doha sampai sekarang tidak berhasil, buntu. Hal ini mendorong Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT WTO dengan target pencapaian adalah Paket Bali. Paket Bali inilah yang bisa menyeimbangkan kepentingan WTO," ujar Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Iman menuturkan, sejak 1994 terdapat jurang pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan berkembang, meskipun telah difasilitasi dalam sebuah organisasi dunia yang dinamakan WTO.
Perjanjian WTO dinilai tak mampu merespon kebutuhan negara berkembang. Oleh karena itu, pada 2001 dimulailah Putaran Doha, meski hingga saat ini masih buntu. "Kemudian, ketika kita mempunyai kapasitas mencontoh negara maju, negara lain mempermasalahkannya sebagai kebijakan proteksionis yang bertentangan dengan kesepakatan WTO," kata Iman yang mewakili Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi membuka diskusi panel bertajuk "Peran dan Kepentingan Indonesia dalam WTO" tersebut.
Atas dasar itu, lanjut Iman, Indonesia perlu mengambil peran lebih penting dalam perundingan WTO. Terlebih lagi kata dia, Indonesia menjadi ketua kelompok G33 dan G20 dimana kelompok ini bergerak pada isu sama, pertanian yang berimplikasi terhadap pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.
Di lain pihak, ia mengaku tak bisa menyalahkan WTO jika ternyata komitmen Indonesia terhadap "polisi perdagangan dunia" itu belum mampu memberikan lompatan perekonomian. Hal itu lantaran masih banyaknya dinamikan perekonomian internal yang masih katur marut. "Kita tidak bisa menyalahkan WTO dari masalah yang bersifat internal," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.