Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamendag: Bisnis Tak Terganggu, tetapi Australia Seyogianya Minta Maaf

Kompas.com - 20/11/2013, 11:37 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi turut angkat bicara terkait penyadapan yang dilakukan badan intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate.

Meskipun optimistis peristiwa tersebut tak berdampak terhadap hubungan dagang kedua negara, menurut dia, sebagai tetangga yang baik Australia sebaiknya meminta maaf.

"Di mana pun di dunia, meskipun secara politik ada masalah, dan seyogianya Australia meminta maaf atas apa yang dilakukan, begitu sebagai tetangga yang baik, good neighbours," ujar Bayu dalam Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Bursa Berjangka, di Jakarta, Rabu (20/11/2013).

Di sisi perdagangan, Bayu yakin perdagangan dengan Australia tidak mengalami gangguan akibat peristiwa penyadapan itu. Seperti diketahui, Indonesia saat ini masih mengandalkan sapi siap potong asal Australia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Sepanjang tahun ini saja Indonesia mendatangkan puluhan ribu ekor sapi untuk memenuhi asupan protein hewani masyarakat Indonesia. Belum produk lainnya. Sayangnya, potret neraca perdagangan dengan Australia mencatatkan defisit.

Dari catatan Kementerian Perdagangan, Negeri Kanguru itu menjadi negara penyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia, peringkat lima setelah China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.

Sepanjang Januari-September 2013 Indonesia mengalami defisit 6,26 miliar dollar AS. Neraca perdagangan migas defisit 9,74 miliar dollar AS, sedangkan non-migas surplus 3,48 miliar dollar AS. Selama periode tersebut, Australia menyumbang defisit sebesar 1,5 miliar dollar AS, meningkat dibanding periode sama 2012 yang sebesar 200 juta dollar AS.

Kendati tercatat sebagai salah satu negara penyumbang defisit terbesar, Bayu melihat defisit perdagangan dengan Australia tidak akan bertambah buruk karena buntut peristiwa penyadapan. "Rasanya kalau lihat bisnis tidak terlalu terganggu sehingga inflasi tidak akan terlalu banyak tertekan dari peristiwa ini," tuturnya lagi.

Seperti diberitakan, Pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar RI dari Australia untuk menyikapi pemberitaan penyadapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat Indonesia oleh Pemerintah Australia. Pemerintah juga akan mengkaji ulang seluruh kerja sama yang selama ini telah dibangun kedua negara. Menurut laporan sejumlah media asing, badan mata-mata Australia telah berusaha menyadap telepon Presiden SBY dan istrinya, Ani Yudhoyono, serta sejumlah menteri dalam kabinet SBY.

Sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan whistleblower asal AS, Edward Snowden, yang berada di tangan Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan harian Inggris The Guardian, menyebut nama Presiden SBY dan sembilan orang di lingkaran dalamnya sebagai target penyadapan pihak Australia.

Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa badan intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate, melacak kegiatan Yudhoyono melalui telepon selulernya selama 15 hari pada Agustus 2009, saat Kevin Rudd dari Partai Buruh menjadi Perdana Menteri Australia. Daftar target penyadapan juga mencakup Wakil Presiden Boediono yang pekan lalu berada di Australia, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Juru Bicara Presiden untuk Urusan Luar Negeri, Menteri Pertahanan, serta Menteri Komunikasi dan Informatika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com